"Amel siapa? " Kataku pura-pura tidak tahu.Â
"Kekasihku" Ucapmu tuan.Â
"Mungkin dia kira tulisan-tulisanmu itu untukku karena itu dia jadi sensitif. Maafin dia yah" Katamu padaku tuan.Â
Lalu bagimana caraku memaafkanmu atas harap-harap semu yang kau pernah kau berikan tuan? Kemarin aku bertemu Hanif, dia bilang dia cuti kuliah karena dia sudah tak punya kerja. Sekarang pun bahkan Hanif tak lagi bersamamu tuan. Padahal dia adalah teman dekatmu kan? Syukurlah Hanif tak pernah tahu tentang cerita diantara kita.Â
"Oohh.. Amel yang itu, gak papa kok. Yah, namanya juga perempuan pasti sensitif. Takut pacarnya diambil orang" Ucapku berusaha tersenyum.Â
"Tapi, tulisan itu bukan untukku kan? " Katamu tuan.Â
Waktu terasa berhenti saat pertanyaan itu kau lontarkan padaku tuan. Lagu satu bulan Bernadya, sudah berubah menjadi lagu sinyal-sunyal miliknya. Â Kekonyolan apa ini tuan, kamu tanyakan ini kepadaku? Aneh! Sudah jelas-jelas tulisan ini untukmu tuan. Lalu, sinyal selama ini kau berikan kepadaku. Oh, aku lupa kan selama ini siny itu bukan untukku yah? Barangkali lirik lagu Bernadya kali ini sangat sesuai dengan keadaanku. Mungkin aku terlalu perasa, benar kan tuan?Â
"Oh.. Ah.. Hmm.. Tentunya bukan kau dong, kenapa aku harus menulis tentangmu. Kita kan baru ketemu" Kataku.
 Sialnya tuan, perasaan gugup itu tak bisa kulepaskan.Â
"Ooh.. Jujur sih, aku kira tulisan itu untuku" Katamu. Itu sangat mengejutkan jantungku. Lagu Bernadya itu terus saja berganti, kini yang terdengar adalah lagunya yang berjudul Terlintas.Â
Mataku dan matamu menyatu. Selama ini aku hanya menduga-duga soal kata rasa yang pernah kita ucapkan bersama. Namun, hari ini aku bisa lihat jelas dimatamu ada cinta untukku tuan. Tapi, barangkali itu cuma khayalanku. Sama seperti dulu ketika aku menganggapmu mencintaiku. Mungkin, Juga karena bisikan setan yang terkutuk.Â