Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kaca Lemari

16 Agustus 2024   12:48 Diperbarui: 16 Agustus 2024   12:54 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sialnya, wajahnya malah kelihatan lugu. Seolah dia tidak melakukan apa-apa terhadapku. 

"Kamu kenapa Dil? " Ucapnya. 

"Jahat kamu Anistia! Kalau aku mati bagaimana? " Air mataku bercucuran. Ini sangat menyedihkan. Aku hampir saja kehilangan nyawa karena kakakku sendiri. "

"Maksud kamu apa Dil? " Ujarnya polos. Di wajahnya tak ada bentuk penyesalan sedikit pun. Dia berlaku seolah tidak terjadi apa-apa. 

"Kamu baru saja mencekik leherku! " Teriakku histeris. Aku sangat marah, mengingat bagaimana sakitnya leherku dan bagaimana menahan  napas  dalam-dalam agar sisa-sisa napasku bisa bertahan. 

"Astaghfirullah Dil! Kamu tega menuduh kakakmu sendiri seperti itu, "katanya. Sekarang air matanya menetes. Wajahnya bersedih. 

Dia bilang aku menuduh? Wahhh... Ini sangat di luar dugaanku. Jadi ini wajahnya aslinya? Apa dia cemburu karena ibu memelukku tadi pagi? 

"Dil, kamu kenapa sih? Anistia itu kakakmu. Kamu jangan fitnah dia begitu!" Sambung Riko. 

Bayangkan jika kamu di posisiku? Pacarmu sendiri menuduh kalau kamu memfitnah kakakmu yang hampir saja mau membunuhmu? Bagaimana sakitnya ketika kamu dicekik, lalu orang yang mencekik bilang kalau kamu menuduhnya. Bayangkan kamu yang korban, tapi pelaku yang dianggap korban! Menyakitkan bukan? Inilah yang terjadi padaku. Sakit sekali rasanya. 

***

"Kamu gak papa Nak? " Tanya Ibu kepadanya. Ia langsung melemparkan kayu yang ada di tangannya ke lantai. Lalu memeluk erat ibu dan dia menangis tersedu-sedu di pelukan ibu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun