"Gak tahu, barang kali Caper" jawab Alisya.Â
"Jangan negatif dulu, barang kali betul Naza dan Amel sudah dijodohkan. Apalagi, Â mereka pernah pacaran. Mungkin dia ke rumah Naza untuk membicarakan pernikahan" ucapku.Â
"Ha? Naza pacaran?" Alisya kaget.Â
"Iya Sya, aku tahu dari Uci. Uci itu kan sahabat teman dekat Naza" ucapku.Â
"Wah, terus gimana dong Ra?"Â
"Ya, gimana. Mungkin dia jodoh Amel kali" kataku mengurut dada. *
Benar tuan, Â aku lah yang telah mengurut dada. Sebab, Â berusaha tegar melepaskan apa yang bukan milikku. Perasaanku halal karena mencintaimu dalam doaku. Namun, kini harus kubuang perasaan itu dalam-dalam. Sebab, kau sudah milik orang lain. Meski itu hanya pradugaku. *
Sekarang, aku tengah di ruang pengembalian buku. Kukembalikan buku, yang kubaca selama ramadanku memantaskan diri.Â
Ada satu buku yang sudah membuat aku jatuh cinta. Judulnya "Fikih Akhlak" setiap malam tuan, setiap selasai kubaca buku itu. Kubuat ringkasan di sosial media. Agar banyak orang membacanya. Sebab buku itu, amat berguna dunia akhirat.Â
Kini aku harus ikhlas melepaskan buku ini, karena buku itu memang bukan milikku. Sama seperti kamu tuan. Aku harus ikhlas melepaskan perasaan ini sejauh-jauhnya. Sebab, mungkin Amel jauh lebih baik untukmu dari diriku.Â
Aku masih terngiang-ngiang. Saat kata amin kita menjadi satu kala itu. Dimana, kau bilang tuan, kau berharap Allah mempertemukan kita. Lalu aku bilang kepada Tuhan "Nanti saja Ya Allah, kalau aku sudah pantas. Jangan pertemukan kami sampai kami benar-benar siap"Â