Di luar, guyuran hujan membasahi bumi kampusku. Kampusku sepi, bagai kota mati. Perasaan indah kurasakan, saat aku menikmati sepi, ditempat yang spesial itu.Â
Lalu, saat selesai membaca buku. Aku membuka ponselku. Kulihat kau tengah menikmati hari rayamu. Aku tersenyum, lalu mendoakanmu pada Allah. Semoga kamu baik-baik saja. Semoga kamu, sedang bahagia. Semoga kamu, bertemu orang yang pantas dalam hidupmu. Aku ikhlas tuan, jika pun orang itu adalah Amel.*
Tuan, aku sudah tahu tentang Amel. Uci, teman hijrahku dia telah menceritakan siapa Amel. Â Dan apa hubunganya denganmu di masa lalu.Â
Perasaan gundah gulana yang kualami. Saat dia (Amel) menyindirku dalam sebuah postingan sosial medianya. Itu telah membuatku mundur dalam pertarungan memilikimu. Sebab, mungkin Allah tengah menjagaku.
"Jadi Ra, Amel itu mantan Naza" kata Uci.Â
"Ha?" Mataku melotot, Mulutku ternganga. Betapa terkejutnya aku tuan, ternyata kamu pernah pacaran.Â
"Iya, dan Amel udah sempat kenal sama keluarganya. Cuma, kayaknya Naza minta putus, karena dia pengen hijrah. Dan si Naza mau cari istri yang saliha" kata Uci.Â
Aku senang mendengarnya tuan. Betapa mulia niatmu, hingga kau pun memutuskan hubungan harammu, demi dekat dengan penciptamu. Aku amat senang mendengarnya. Â
"Jadi, kamu masih mau sama Naza?" Tanya Uci.Â
Aku tersenyum, Â lalu tertawa.Â
"Kenapa tertawa" Suci juga tersenyum.Â