"Aku sih mau, cuma gak tahu dianya. Hehehe.. lagian kan, niat Naza itu mulia banget. Aku sih gak kecewa yah. Karena tahu masa lalunya. Aku malah bangga, karena dia mau memutuskan hubungan haramnya." ucapku.
"Tapi, bukannya Kamu bilang yang terjaga adalah untuk yang menjaga? Naza pernah pacaran. Sedang kau tidak" tanya Uci.Â
"Benar, namun bukankah Naza sudah menjaga dirinya dengan memutuskan hubungan haramnya? Aku juga bukan manusia sempurna. Â Aku juga pernah berbuat dosa. Barangkali, itu bisa menyeimbangkan kan" ujarku.Â
"Lalu, apa yang membuatmu resah?" Tanya Uci. Mungkin Uci, merasakan keresahan di mataku.Â
"Aku resah, tulisan-tulisaku jadi fitnah" kataku.Â
"Mengapa?"
"Barangkali, Naza membacanya. Lalu, dia kira itu dia. Ya, meski pun betul itu dia. Tapi kan tak sepantasnya aku menulis tentangnya. Secara tak sengaja, aku telah mengirim sinyal padanya. Bahwa aku mencintainya" Ucapku.Â
"Apa kau sengaja agar Naza membacanya?"
"Tidak, kau kan tahu aku memang menuliskan setiap hal yang ada dalam hidupku"
"Apa kau secara sengaja, mengirim tulisan itu padanya?"
"Tidak juga. Yang benar saja, Â aku mana berani melakukan itu " kataku.Â