Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerbung Pilihan

Debaran Sinyal

5 April 2024   22:07 Diperbarui: 5 April 2024   22:14 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Id. Pinterest Indonesia/Vvttvvttu

23 Agustus,  disebuah acara pertemuan KKN Sekabupaten. Aku malah bertemu dengan Hanif sialan itu. Disebuah masjid, ia tengah duduk dengan Ifan. Sialnya tuan, aku tak sadar aku bersandar sangat lama dikaca masjid itu. Yang rupanya dibaliknya ada Hanif. 

"Zahra.." Ifan memangilku.

Aku berbalik arah. Lalu, kukihat dibalik kaca itu ada Hanif juga ternyata. Aku senyum dan melambaikan tangan kepada Ifan,  sebab dia temanku tuan. Tapi tidak, dengan Hanif.  Namun, ia malah tersenyum padaku. Senyumnya juga amat berbeda, kurasakan ketulusan di senyumnya itu tuan. Mungkin itu, yang membuatku memilih diam dari pada melabraknya dan mengajaknya berkelahi.*

Tuan, 31 Agustus di suatu malam dengan cahaya bulan yang amat terang. Aku dan teman-temanku baru saja pulang KKN Aku membawa koper, duduk di sebuah becak barang milik ayahku. Lalu, kau lewat dengan sepeda motormu. Kita berhadap-hadapan tuan. Kau tak sadar itu kan? Ka senyum kepada ayahku, yang mengendarai becak. Sementara aku, senyum melihat keramah tamahanmu. Bahkan kepada orang yang tak kau kenal. 

Sampai di rumah. Hujan deras, menimpa muka bumi. Aku dikamar sendiri.  Tiba-tiba lampu mati. Ayah dan ibu sudah tidurdi kamarnya. Begitu pula adik-adikku.   Aku menyalakan senter Hpku. Mencari buku yang mungkin bisa membuatku tertidur. 

Akhirnya kudapat buku itu, dan begitu terkejut aku tuan, saat ada sebuah ayat di buku itu yang membuatku seolah-olah terkoneksi sesuatu tuan. 


"Mudah-mudahan Allah menimbulkan kasih sayang di antara kamu dengan orang-orang yang pernah kamu musuhi di antara mereka. Allah Maha Kuasa. Dan Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang."
(QS. Al-Mumtahanah 60: Ayat 7)

Tiba-tiba aku malah mengingat senyumanmu ke ayah tadi tuan.  Sayang,  kau tak mengenalku.  Dan kau tak sadar,  sudah senyum kepada ayahku. 

Sialnya,Aku juga teringat dengan senyuman Hanif, waktu itu. Entah sinyal apa  yang telah diberikan Allah kepadaku. Belum aku tangkap waktu itu tuan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun