Mohon tunggu...
Rahmi Yanti
Rahmi Yanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Pengalaman adalah cerita-cerita di masa depan.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ayahku Tak Bersalah! Bunuh Saja Aku

4 Februari 2024   21:44 Diperbarui: 5 Februari 2024   02:04 97
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat di kamar, Aku menelpon kawanku yang menjadi korban pelecehan itu. Namanya Kirana, Aku tak terlalu dekat dengannya sebenarnya. Namun, soal rasa kemanusiaan. Tidak memandang tentang kedekatan bukan?

"Aku minta maaf  soal tadi, Tadi sebetulnya Aku dapat ancaman dari Pak Yadi. Katanya kalau Aku ngadu ke rektor.  Keluargaku bakal diapa-apain "ucapnya. 

Pak Yadi adalah dosen pembimbingnya. Usianya 35 tahun, masih muda memang. Tapi Pak Yadi sudah menikah. Ia pun punya dua anak dari istrinya, yang seorang guru.

"Astaga...Kamu jangan takut yah! Aku sudah bicara sama Ayah. Ayah itu mantan jaksa. Ayah bakal bantu kamu dapat keadilan" 

"Jangan.. nanti Ayah kamu dan keluarga kamu kenapa-napa" 

"Kamu tenang aja! Ayah sudah biasa menghadapai masalah seperti ini. Besok kamu ikut saja dengan kita, ke kantor polisi melaporkan Pak Yadi."

Ia hanya diam membisu, Aku yakin itu pertanda setuju. 

Keesokan harinya, Aku membawa Kirana ke rumah. Setelah Ayah menyiapkan mobilnya, kami berangkat menuju kantor polisi. Kutatap pandangan kosong di wajah Kirana. Kasihan perempuan ini. Kehormatannya telah direnggut oleh seorang civitas akademika. Pendidikan tinggi seharusnya memberikan sebuah kehormatan. Bukan merenggut kehormatan seorang gadis. 

Disepanjang jalan, Ayahku terus meyakinkan Kirana untuk berkata jujur pada polisi.  Agar keadilan bisa ditegakkan. Namun Kirana tak memberi respon. Pandangannya lurus ke depan. Sangat kosong. Mungkin dia masih trauma. 

Akhirnya kami sampai di kantor polisi, Kami keluar secara bersamaan dari mobil. Setelah turun dari mobil. Tiba-tiba Kirana merobek-robek  bajunya dengan gunting di area dadanya. Lalu, Ia acak-acak rambutnya. Aku keheranan melihat tingkahnya. 

"Kenapa Kirana?" Tanyaku sambil mencoba memeluknya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun