Mohon tunggu...
Rahma Ahmad
Rahma Ahmad Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Travel Blogger

Lulusan arsitektur yang pernah melenceng jadi jurnalis dan editor di Kompas Gramedia. Pengarang buku 3 Juta Keliling China Utara dan Discovering Uzbekistan. Penata kata di www.jilbabbackpacker.com.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Badan Bank Tanah dan Senyum Petani Bandeng di Serang

26 Januari 2025   16:00 Diperbarui: 26 Januari 2025   21:38 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Senyum petani bandeng Serang. Sumber: instagram Bank Tanah

 

Malam itu, Restoran Sate Bandeng H Aliyah di tengah Kota Serang sangat ramai. Semua bangku terisi penuh dengan para penggemar kuliner olahan bandeng ini.  Bukan hanya warga lokal, banyak pelancong dari luar kota yang sengaja datang hanya untuk menikmatinya. Rasanya yang lezat dan tak berbau lumpur seperti bandeng di daerah lainnya, menjadi alasan utama mengapa sate bandeng Serang ini menjadi makanan favorit banyak orang.

Di balik kelezatan kuliner bandeng yang melegenda itu, ada andil besar para petani tambak bandeng Serang. Ya, seluruh bahan baku utama sate bandeng ini berasal dari beberapa desa di area pesisir Kabupaten Serang, salah satunya adalah Desa Tengkurak di Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang.

Pekerjaan sebagai petani tambak sudah dilakukan penduduk desa ini sejak zaman Belanda. Bahkan setengah dari luas wilayahnya digunakan sebagai tambak bandeng dan rumput laut. Desa ini pun termasuk salah satu desa pesisir yang tahun 2011 ditetapkan oleh Kementrian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai Minapolitan Serang—yakni kawasan pengembangan perikanan dan kelautan di Kabupaten Serang.

Walaupun budi daya bandeng menjadi mata pencarian utama di desa ini, sayangnya tak semuanya memiliki lahan sendiri. Hanya 50 persen lahan yang dimiliki sendiri oleh petani, sisanya mesti menyewa lahan kepada perusahaan atau perseorangan dengan harga sekitar dua juta per tahun. 

Hal ini cukup menghambat produksi, padahal potensi penjualan bandeng masih besar. Setiap harinya, di pelelangan ikan saja, permintaan bandeng sekitar tiga ton per hari. Belum lagi penjualan langsung ke restoran besar dan pembeli di luar daerah Serang.

Lebih Murah Sewa ke Bank Tanah

Melihat hal ini,  di pertengahan tahun 2024, Badan Bank Tanah dengan perantaraan Camat Tirtayasa mendatangi BUMDes Tengkurak Berdikari dan menawarkan tanah negara yang terbengkalai dan sudah habis masa kontraknya, untuk difungsikan kembali menjadi tambak bandeng. Masyarakat desa, melalui BUMDes pun segera memutuskan meyewa lahan seluas 7,5Ha ini untuk budidaya bandeng sekaligus rumput laut merah.

MoU antara Bank Tanah dengan BUMDes Berdikari Desa Tengkurak. Sumber: www.banktanah.id
MoU antara Bank Tanah dengan BUMDes Berdikari Desa Tengkurak. Sumber: www.banktanah.id

Bukan hanya prosesnya yang mudah. Ali Udin, ketua BUMDes Tengkurak Berdikari, menceritakan jika harga sewa dari Bank Tanah jauh lebih murah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun