Mohon tunggu...
Rahmatullah Syabir
Rahmatullah Syabir Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa UIN Alauddin Makassar

Penulis Partikelir. Nulis sekedar hobi saja

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ayolah Netizen, Tinggalkan Guyonan "Awas Tukang Bakso" di Media Sosial

8 Desember 2020   07:48 Diperbarui: 8 Desember 2020   12:09 675
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Tukang Bakso | Sumber: majalahjustforkids.com

Kebebasan untuk berpendapat dan berekspresi di media sosial sudah menjadi kebiasaan yang setiap harinya dilakukan oleh netizen. Hal-hal apa saja pasti dikomentarin, sekecil apapun urusan pasti ada-ada aja yang nimbrung untuk sekedar memuaskan hasrat kekepoannya yang tak terkendali itu.

Banyak hal yang menjadi trending atau viral yang menjadi pembicaraan khalayak ramai walaupun hanya sekedar ikut-ikutan tanpa tahu duduk permasalahannya seperti apa.

Bahkan jokes maupun sarkas yang sering kali dilontarkan oleh netizen di media sosial sudah menjadi konsumsi humor netizen sehari-hari. Hal ini tidak akan menjadi masalah ketika tidak ada yang tersinggung, tapi bagaimana dengan sarkas atau jokes meme yang mengarah ke pribadi sesorang yang diserang ramai-ramai oleh netizen tapi jatuhnya ke arah Bullying bahkan ujaran kebencian yang akan merugikan pribadi orang tersebut.

Hal ini telah menjadi kebiasaan buruk kita dalam menanggapi sesuatu hal, segala sesuatunya direspon dengan seenak jidat tanpa memikirkan nasib seseorang  yang kita bicarakan itu.

Salah satu jokes yang sering kita jumpai di kolom komentar instagram, twitter bahkan youtube sekalipun, ialah jokes "awas ada tukang bakso, kijang 1 ganti" atau semacamnya, yang netizen sering gaungkan ketika tengah menyindir instansi pemerintah maupun pribadi atau pejabat pemerintah itu sendiri yang katanya anti-kritik.

Hal ini disebabkan perspektif netizen yang beranggapan untuk berhati-hati dalam berkomentar karena disekeliling kita belum tentu aman dari mata-mata. Padahal hal tersebut sudah tidak relevan lagi untuk saat ini. Mungkin pada zaman orde baru, hal yang berkaitan dengan tukang bakso, tukang nasi goreng, dan sebagainya identik dengan intel yang lagi menyamar dan membawa walkie-talkie sebagai media komunikasinya.

Tapi untuk sekarang, intel tidak akan mungkin menyamar lagi jadi tukang bakso atau tukang nasi goreng yang dimana semua orang sudah tahu operasi semacam itu. Buat apa capek-capek nyamar kalau ujung-ujungnya diketahui juga.

Mungkin operasi intel saat ini sudah tidak semasif dulu, yang benar-benar dilakukan untuk mengincar atau membidik target yang dicurigai merugikan pihak tertentu, pemerintah misalnya. 

Tapi untuk saat ini, mungkin masih ada mata-mata tapi operasi nya pasti sudah canggih sehingga tidak diketahui bentukannya kayak apa lagi, bisa saja menyamar jadi profesi lain atau bisa jadi membuat akun fake di media sosial untuk memantau gerak-gerik akun yang berkomentar ke arah yang negatif. Yang penting intinya bukan lagi menyamar jadi tukang bakso.

Seringkali gambar meme diunggah di media sosial dengan gambar seorang tukang bakso sedang memegang walkie talkienya. Ini sepintas memang sesuatu hal yang lucu, yang digunakan untuk menyindir pemerintah atau lembaga lainnya yang ditengarahi anti terhadap kritikan dengan menggunakan mata-mata untuk mengawasi targetnya. 

Tapi bagaimana dengan tukang bakso itu sendiri yang benar-benar tidak menyamar sebagai mata-mata atau apapun itu istilahnya. Pasti akan merugikan untuk tukang bakso yang tak bersalah tersebut. Setidaknya ada 3 hal yang akan merugikan tukang bakso itu sendiri andaikan stigma jokes" awas tukang bakso " terus bergulir kapanpun dan dimanapun:

1. Dampak Psikologis

Ini yang mungkin kita anggap remeh bahkan diabaikan sekalipun, tanpa kita ketahui kondisi mental tukang bakso yang sering kali netizen cap sebagai mata-mata walaupun itu cuman sindiran.

Mental sesorang itu berbeda-beda, mungkin orang yang bermental baja mengganggap bullying, komentar negatif lainnya, dan jokes "awas ada tukang bakso" ini sebagai hal yang wajar alias tidak perlu ditanggapi, tapi bagaimana dengan orang-orang yang mentalnya masih lemah, ini akan berdampak pada psikologis orang tersebut, bisa saja dia depresi, stress, dan tidak percaya diri lagi.

Hal ini bisa saja mustahil terjadi, mungkin bagi netizen iya mustahil, tapi netizen sebagai manusia berpendidikan pasti mengetahui yang namanya resiko terburuk yang bisa saja terjadi, tekanan mental yang dialami tukang bakso karena pekerjaan dicurigai.

Kekhawtiran bisa melanda siapa saja, bahkan tukang bakso sekalipun yang cuman jadi bahan sarkas saja, bisa saja dilanda dampak psikologis itu. Maka berhati-hatilah. Tapi semoga tidak terjadi hal demikian.

2. Dampak Ekonomi

Tukang bakso adalah salah satu roda penggerak ekonomi usaha kecil menengah, keuntungan pasti selalu didapatkan apabila banyak yang membeli, begitupun sebaliknya.

Tapi kerugian bisa saja terjadi apabila pembeli bahkan pelanggan si tukang bakso ini terpapar doktrin stigma "awas ada tukang bakso" yang telah kita bahas ini. Bisa saja orang tidak jadi membeli karena menganggap tukang bakso adalah mata-mata. Nah, saling curiga inilah yang kita khawatirkan akan terjadi, padahal tujuan jokes tersebut bukan untuk itu.

Pengguna sosial media bukan hanya orang dewasa, anak-anak pun sudah bisa menggunakannya. Bayangkan saja jika anak-anak yang polos ini sering melihat jokes "awas tukang bakso ini" di medsosnya, lalu mereka praktekan ketika tukang bakso datang- seperti "bang walkie talkie mana? pinjam dong", bisa juga ketika mereka bermain lalu si tukang bakso datang , lalu mereka berteriakk " awasss tukang bakso datang!!".

Memang lucu di dunia maya tapi tak selucu di dunia nyata, bisa saja pembeli si tukang bakso itu kabur, atau bahkan bisa saja mengusirnya karena stigma-stigma yang selalu kita lontarkan yang berdampak pada tukang bakso itu sendiri.

3. Dampak Sosial

Seringkali kita tidak sadar, tukang bakso sebenarnya bekerja dari subuh sampai malam, masih mending kalau baksonya sudah habis pasti bisa cepat pulang, tapi bagaimana yang sampai malam belum laris dagangnya bisa-bisa si tukang bakso ini pulang larut malam, padahal keluarganya menunggu di rumah.

Apalagi pas lagi istirahat, lalu ingin ngobrol santai dengan kawan penjual dagangan yang lain atau orang yang kebetulan lagi makan, lalu si tukang bakso hendak cuman bertanya basi basi doang dengan pembeli, tapi malah di curigai oleh si pembeli bahwa si tukang bakso tersebut mata-mata karena terlalu banyak bicara dan terlalu banyak bertanya. Ini kan akan merusak hubungan sosial yang seharusnya tidak terjadi.

Dampak sosial lainnya adalah hubungan antar tetangga si tukang bakso ini. Misalnya si tukang bakso pulang-pulang sumringah dengan bawa duit yang lumayan banyak (tidak seperti hari biasanya), lalu ada tetangga yang membatin "pasti itu bayaran sebagai mata-mata pemerintah", ini kan akan merusak hubungan mereka, walaupun itu merupakan kesalahpahaman.

Ini mungkin kita mengganggap mustahil terjadi, "alah tdak mungkin lah terjadi begituan, tukang baksonya aja hepi-hepi aja kok". Iya memang, tapi mungkin belum terjadi oleh penglihatan kita, tapi kita tidak tahu hal-hal apa saja yang terjadi dengan stigma "awas tukang bakso" ini diseluruh Indonesia yang penduduknya terbanyak ke-4 di dunia.

Sudahilah jokes seperti itu, ini menyangkut profesi orang lain, kayak saja kita menghina mereka, menertawakan mereka yang belum tentu mereka lakukan. Memang tujuan netizen cuman untuk guyonan semata, tapi belum tentu dengan si tukang bakso itu sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun