Bulan Bahasa dan Sastra 2022 telah menjadi momentum yang tepat bagi segenap rakyat Indonesia untuk mengadakan acara-acara dalam rangka meningkatkan kesadaran dan kematangan berbahasa. Tidak hanya sekolah-sekolah, Â para pegiat literasi, Â acara bertemakan bahasa dan sastra juga diselenggarakan di pemukiman-pemukiman.
Â
Ada saja ide kreatifitas yang tampak dalam acara-acara tersebut. Seperti Puisi, yang dipadukan dengan seni lainnya. Para peserta yang tampil membawakan puisi dengan iringan permainan gitar, keyboard, suling dan lainnya. Ada juga yang sambil teatrikal, bahkan berkelompok membawakan satu karya puisi.
Kali ini saya pribadi juga ingin berperan serta dalam menyemarakkan Bulan Bahasa 2022 dengan menampilkan puisi yang menggunamengabari lama, diksi-diksi yang jarang lagi digunakan akhir-akhir ini. Langsung saja, selamat menikmati.
Kau hebat! Ibuku
Nyenyat malam membawa bayang seraut wajah halim
Tampak afsun memancar dalam bujut kulitmu
Getis! Ranyah menanti kedatanganku
Ibu, ijinkan aku menoreh kata tentang mu
Sebelum terajun oleh bena keangkuhanku
Bingkai foto usang itu bercerita betapa sabar kau selama ini
Kau tahan latah dan amarah ketika aku campakkan dot dan alat sulam sambil tertawa
Kau umbar senyum dalam ketakutanku ketika pulang sekolah seragamku tak lagi putih merah
Saat putih biruku lusuh, tengik
Kau tak bertanya darimana, tapi kau suruh aku ke meja makan
Teringat olehku ketika pulang tengah malam, kau bangun terhuyung menuju dapur untuk menghangatkan masakan, namun aku langsung tepar di kursi depan, masih dengan putih abu-abu
Masih belum menyerah
Aku pergi tanpa berita dan jarang mengabariÂ
Dalam penantian, kau rajut sulam untuk perjumpaan
Kau seakan menjura memberi serbet kumal itu ketika kebanggaan meliputi recehan yang ku lempar di reot meja makan
Kini, aku hanya bisa mencuci muka, merayapi bayang wajah mu, tak semili-pun ku lewati bujut raut bergurat kesabaran, pedih yang tak lagi bisa kau sembunyikan
Ibu, ijinkan aku jujur kepadamu
Anggara ku begitu besar namun kau bagal! BergemingÂ
Ijinkan aku jujur, ibu
Sebelum terajun oleh bena zaman
Wiyata mu tiada akhir
Ma'afkan akuÂ
Ma'afkan aku
Ma'afkan aku, Ibu
Bekasi 2022
Demikian puisi dengan diksi lama yang jarang digunakan. Sampai jumpa lagi di puisi berikutnya.Â
SekianÂ
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI