Mohon tunggu...
Rahmat Setiadi
Rahmat Setiadi Mohon Tunggu... Buruh - Karyawan swasta yang suka nulis dan nonton film

Saya suka baca-tulis dan nonton film.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Quo Vadis Seniman

25 Oktober 2022   09:56 Diperbarui: 25 Oktober 2022   23:03 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menilik jauh ke belakang sejarah, kita dipertemukan dengan adanya istilah penyair kerajaan, yang bisa ditelisik perannya yang turut dalam menentukan arah kehidupan. Sebut saja Enheduanna, putri kerajaan era Mesopotamia, Lord Tennyson di kerajaan Inggris, dan sebutan Mpu pada kerajaan-kerajaan di Nusantara. Para seniman tersebut bisa mempengaruhi alur sejarah seperti para ilmuwan, penemu teknologi terkini. Mereka mendapatkan penghidupan dari kerajaan seperti halnya royalti sebagai bentuk lain dari penghargaan.

 

Para seniman masa lalu tidak jauh berbeda dengan sekarang ini, di mana karya menjadi tolak ukur kematangan berpikir. Mereka menjadi rujukan dalam menentukan kebijakan, seperti Leonardo da Vinci, Henk Ngantung, dan lainnya. Yang membedakannya hanyalah pandangan politik, kekuasaan, yang telah banyak menyingkirkan pandangan hidup filosofis, beragama, budaya, dan pandangan hidup lainnya.

 

Meskipun telah banyak bertebaran pengasah, pembentuk para seniman di penjuru negeri dengan adanya mata pelajaran, ekskul, sanggar, dan sebagainya, tapi sebutan seniman masih terngiang sebagai orang yang hidup meng-awan, belum membumi kecuali sekedar kilatan saja.

 

Mereka masih terseok-seok mempertahankan "ideologi seni" menurut pandangan subyektif masing-masing individu. Masih mengejar pengakuan khalayak ramai tanpa mempedulikan berapa banyak yang ia korbankan dan berapa yang didapat. Para seniman dan yang mengaku seniman terus berjuang untuk kembali menjadi bagian dari sejarah yang direbut atas nama teknologi, ilmiah.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun