5. Memulihkan Bentang Alam: Strategi Pemulihan Bentang Alam Hutan Rwanda
Rwanda, yang dulunya merupakan negara yang berjuang melawan penggundulan hutan dan degradasi lahan yang parah, telah muncul sebagai pemimpin dalam pemulihan hutan. Pendekatan Pemulihan Bentang Alam Hutan (FLR) negara tersebut  , yang diadopsi pada tahun 2011, bertujuan untuk memulihkan integritas ekologis bentang alam yang terdegradasi sekaligus meningkatkan kesejahteraan manusia. Pendekatan holistik ini melibatkan kombinasi berbagai langkah, termasuk reboisasi, penghijauan, promosi agroforestri, dan pelibatan masyarakat lokal dalam pengelolaan lahan yang berkelanjutan.
Strategi FLR Rwanda dipandu oleh enam prinsip utama:
- Ketahanan Jangka Panjang:Â Mengelola hutan dan lanskap untuk ketahanan jangka panjang terhadap perubahan iklim dan tekanan lingkungan lainnya.
- Konteks Lokal: Â Sesuaikan upaya restorasi dengan konteks lokal, dengan mempertimbangkan faktor ekologi, sosial, dan ekonomi.
- Pendekatan Lanskap:Â Menangani kebutuhan restorasi di tingkat lanskap dengan mengakui keterkaitan ekosistem.
- Manfaat Berganda:Â Mengembalikan berbagai fungsi lanskap, menyediakan berbagai manfaat lingkungan, sosial, dan ekonomi.
- Ekosistem Alami:Â Memelihara dan meningkatkan ekosistem alami dalam lanskap.
- Tata Kelola Partisipatif:Â Melibatkan pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan dan mendorong tata kelola partisipatif terhadap sumber daya hutan.
Upaya FLR Rwanda telah menghasilkan hasil yang signifikan:
- Peningkatan Tutupan Hutan:Â Tutupan hutan telah meningkat dari 10,7% pada tahun 2010 menjadi 30,4% pada tahun 2022, melampaui target ambisius negara tersebut yaitu 2 juta hektar yang dipulihkan pada tahun 2020.
- Peningkatan Kesuburan Tanah:Â Praktik agroforestri telah meningkatkan kesuburan tanah, yang menghasilkan peningkatan hasil pertanian untuk tanaman seperti kacang kedelai, jagung, kacang-kacangan, dan kentang Irlandia.
- Peningkatan Mata Pencaharian:Â Proyek RJL telah menciptakan kesempatan kerja dan meningkatkan mata pencaharian di masyarakat pedesaan.
Pencapaian ini menyoroti efektivitas pendekatan FLR Rwanda, yang telah memperoleh pengakuan internasional dan menarik dukungan donor. Keberhasilan strategi ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor:
- Kemauan Politik yang Kuat:Â Komitmen pemerintah terhadap pemulihan hutan tercermin dalam pembentukan Satuan Tugas Lintas Sektor Pemulihan Bentang Alam Hutan Nasional, yang mengoordinasikan upaya lintas kementerian dan lembaga.
- Keterlibatan Masyarakat:Â Masyarakat lokal terlibat aktif dalam proses pengambilan keputusan dan kegiatan restorasi, menumbuhkan rasa kepemilikan dan mempromosikan praktik pengelolaan lahan berkelanjutan.
- Peningkatan Kapasitas:Â Pemerintah berinvestasi dalam pelatihan petani dan masyarakat dalam wanatani berkelanjutan dan teknik pengelolaan lahan.
- Kemitraan:Â Rwanda berkolaborasi dengan organisasi internasional, mitra pembangunan, dan sektor swasta untuk memobilisasi sumber daya dan keahlian teknis untuk proyek FLR.
Pelajaran yang Dipetik: Jalan Menuju Konservasi Hutan
Pengalaman kelima negara ini memberikan wawasan berharga mengenai pendekatan efektif untuk memerangi deforestasi dan meningkatkan konservasi hutan:
- Strategi yang Disesuaikan:Â Tidak ada solusi yang cocok untuk semua masalah deforestasi. Strategi harus disesuaikan dengan konteks spesifik setiap negara, dengan mempertimbangkan faktor pendorong deforestasi, lanskap sosial-ekonomi, dan kerangka kebijakan yang ada.
- Kombinasi Tindakan:Â Strategi yang efektif melibatkan kombinasi tindakan, termasuk regulasi, insentif ekonomi, pengembangan kapasitas, mekanisme pemantauan, dan keterlibatan pemangku kepentingan.
- Menargetkan Area Berisiko Tinggi:Â Memprioritaskan intervensi di area yang menghadapi tekanan deforestasi tinggi akan memaksimalkan dampak upaya konservasi.
- Mengenali Nilai Hutan:Â Mengenali dan menghargai manfaat ekonomi dan lingkungan hutan sangat penting untuk memotivasi para pemangku kepentingan untuk berinvestasi dalam konservasi.
- Menciptakan Kondisi yang Mendukung:Â Kepemilikan tanah yang aman, akses terhadap keuangan dan bantuan teknis, serta penegakan hukum yang kuat merupakan kondisi yang penting bagi pengelolaan hutan berkelanjutan.
- Keterlibatan Berbagai Pemangku Kepentingan:Â Melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk pemerintah, sektor swasta, masyarakat sipil, dan komunitas lokal, sangat penting untuk mencapai hasil yang berkelanjutan.
- Visi Jangka Panjang: Â Mengatasi deforestasi memerlukan komitmen jangka panjang, dengan menyadari bahwa hasil nyata seringkali membutuhkan waktu untuk terwujud.
Saat masyarakat global bergulat dengan kebutuhan mendesak untuk memerangi penggundulan hutan dan melindungi hutan, pengalaman kelima negara ini menunjukkan potensi inovasi dan tindakan kolaboratif. Dengan belajar dari keberhasilan dan tantangan mereka, negara-negara lain dapat mengembangkan strategi yang efektif untuk melindungi hutan mereka, yang berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan bagi semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H