Mohon tunggu...
Surahmat Hadi
Surahmat Hadi Mohon Tunggu... -

Telah menikah dan punya 3 orang anak. Bekerja sebagai petani dan diberi tugas tambahan sebagai pendeta di jemaat GKSBS Sumberhadi. Aktif dalam memperjuangkan pemajuan pertanian organik di Lampung Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BERTANI YANG SELARAS DENGAN ALAM DAN BERKELANJUTAN

4 Oktober 2012   14:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku punya cita-cita jadi petani kecil
Tinggal di rumah desa dengan sawah ladang sekelilingku…
Ebiet seorang penyanyi, dia bernyanyi tentang cita-citanya menjadi petani kecil- alias petani gurem. Tapi sayang cita-cita Ebiet G.Ad itu tidak kesampaian. Karena dia terlalu sibuk dan asyik menjadi artis penyanyi.

Mungkin sedikit saja orang yang bercita-cita jadi petani. Ada banyak orang yang menjadi petani karena terkondisikan oleh situasi alam perdesaan, anak petani, punya lahan warisan, dan tak punya kesempatan kerja di bidang lain. Katakanlah bahwa sebagian orang menjadi petani karena terjerumus atau terjebak keadaan alam pertanian.

Cara bertani bahkan tidak diwariskan kepada anak-anak para petani. Anak-anak petani tidak sejak dini diajak untuk belajar dan berlatih bertani, karena petani dipandang sebagai nasib buruk, kelas sosial yang rendah dan kurang bermartabat. Karena itu, bertani yang dipikirkan secara luhur dan bermartabat sudah terdesak oleh kesadaran kota, yang memandang kehidupan ideal adalah kehidupan kota dan bukan kehidupan pedesaan.

Ada banyak petani yang rela menjual sawah dan ladangnya demi biaya pendidikan anak-anaknya. Ada banyak para pemuda yang mengadu nasib di kota. Ada sebagian besar orang-orang yang pintar cenderung memilih untuk tinggal di perkotaan. Semua itu semakin mempertegas bahwa menjadi petani itu bodoh, kurang pendidikan dan bukan pilihan hidup yang bernilai mulia. Menjadi petani sama dengan bernasib buruk dan malang. Sialan.

Kaum tani perlu menyadari keberhargaan dirinya sebagai petani. Kalau bukan petani yang mulai mengangkat harkat dan martabatnya sebagai petani, mau menunggu siapa lagi? Kita adalah para petani yang bermartabat; menjadi petani adalah pilihan hidup kita. Sekalipun ada peluang jadi pejabat, kita tetap pada identitas yang melekat erat, Petani.

Menjadi petani itu merupakan pilihan hidup yang mulia. Kemuliaan dan keluhuran petani adalah dalam posisi menyediakan bahan pangan dan bahan baku industri, seraya mengelola keselarasan kehidupan manusia dengan alam lingkungannya. Menjadi petani berarti menjadi pelayan yang memberi kehidupan semua orang.

2. Perputaran musim dan pergiliran tanaman.

Kalau dilihat dari segi iklim negeri kita ini dikenal dengan daerah yang beriklim tropis atau panas. Pada iklim tropis ini, ada 2 musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau. Di antara musim hujan dan musim kemarau ada musim peralihan.

Ada jenis-jenis tanaman yang bisa ditanam sepanjang musim, ada jenis-jenis tanaman yang hanya pada musim-musim tertentu saja.

Cara bertani yang selaras dengan alam adalah melaksanakan pertanian dengan mempertimbangkan sifat-sifat tanaman dengan perubahan musim. Maka jenis tanaman musim hujan, ditanam pada musim hujan, jenis tanaman musim kemarau ditanam pada musim kemarau, dan jenis tanaman musim peralihan di tanam pada musim peralihan. Menanam jenis tanaman tertentu pada musim yang sesuai merupakan pilihan bijak dalam menjaga keharmonisan dan keseimbangan alam.

Melaksanakan pergiliran tanaman yang sesuai dengan musimnya juga merupakan cara para petani leluhur kita (Petani tradisional) untuk mengendalikan hama dan penyakit tanaman. Hama tanaman mempunyai musuh alaminya masing-masing. Sehingga walaupun tetap ada hama, hama itu terkendali secara alamiah dan tidak merugikan para petani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun