Mohon tunggu...
Surahmat Hadi
Surahmat Hadi Mohon Tunggu... -

Telah menikah dan punya 3 orang anak. Bekerja sebagai petani dan diberi tugas tambahan sebagai pendeta di jemaat GKSBS Sumberhadi. Aktif dalam memperjuangkan pemajuan pertanian organik di Lampung Timur.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

BERTANI YANG SELARAS DENGAN ALAM DAN BERKELANJUTAN

4 Oktober 2012   14:12 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:16 2112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Kekuatan modal dan kekuatan tehnologi yang ditunjang oleh kekuatan politik telah menguasai budaya pertanian. Pertanian telah berubah menjadi industri raksasa di mana berjuta-juta hektar hutan dibabat dan dirubah menjadi industri pertanian dan perkebunan. Berjuta-juta petani telah beralih posisi dari bertani di lahan sendiri, menjadi buruh tani dan buruh pada perusahaan pertanian dan perkebunan. Kemandirian dan kemerdekaan petani telah dirampas. Kesejahteraan petani menjadi tergantung pada kebaikan penguasa dan pengusaha. Pada gilirannya, menjadi petani berarti menjadi tertinggal dan identik dengan menjadi miskin. Pengusaha pertanian atau pelaku agrobisnis memang bisa kaya, tetapi petani bahkan tidak menguasai lahan pertanian dan berubah menjadi buruh tani.

Di berbagai tempat di Indonesia ini telah terjadi pengrusakan lingkungan hutan secara besar-besaran. Dan selalu saja penguasa berpihak kepada para pengusaha. Jika pengusaha yang merusak hutan mereka dikawal dengan aparat keamanan, karena membawa surat ijin dari penguasa. Sementara itu berjuta-juta petani digusur dan dikejar-kejar oleh aparat penegak hukum karena dituduh melakukan perambahan hutan secara liar atau melakukan pembalakan liar.

Pak Hasan Si Tuan Tanah

Pak Hasan adalah penduduk asli Lampung, yang mewarisi tanah adat ratusan hektar. Konon ia termasuk kalangan bangsawan, yang memang memiliki kuasa atas tanah yang diyakininya sebagai tanah leluhur atau nenek moyangnya.

Tanah adat yang luasnya ratusan hektar itu, berupa hutan yang berisi beragam tanaman hutan dan perkebunan yang tidak teratur, karena memang dikuasai secara berangsur-angsur melalui proses berladang yang berpindah-pindah. Ada yang berupa rawa, ada yang berupa kebun lada dan kebun kelapa; dan ada yang berupa semak belukar dengan pohon durian, pohon duku, dan berbagai macam buah-buahan lainnya; ada pohon damar dan berbagai jenis kayu hutan lainnya. Ada rumpun bambu dan kayu jati atau kayu jenis lainnya yang difungsikan sebagai tanda batas tanah yang telah dikuasainya.

Di sebelah perkampungan Pak Hasan, tiba-tiba tanpa diketahuinya lebih dulu, datang serombongan orang dengan alat-alat berat melakukan pembukaan lahan hutan. Setelah bertanya ke sana-ke mari Pak Hasan dapat keterangan bahwa hutan luas di sebelah perkampungannya itu, oleh pemerintah dijadikan tempat pemukiman orang-orang dari pulau Jawa. Pak Hasan mendengar istilah baru yang asing bagi telinganya, Transmigrasi.

Sepuluh tahun kemudian, daerah itu sudah menjadi sangat ramai. Para pendatang dari Jawa itu terus bertambah-tambah. Dan apa yang terjadi dengan Pak Hasan, yang pasti ia sudah menjadi semakin tua. Tetapi lebih dari itu, tanah milik Pak Hasan sudah menjadi kebun-kebun dan ladang-ladang serta sawah yang produktif.

“Itu dulu tanah saya… itu dulu tanah saya…itu dulu juga tanah saya!” kata Pak Hasan sambil menunjukkan jari telunjuknya kearah ladang, kebun dan sawah. Pak Hasan berjalan dengan langkah gontai mendampingi seseorang yang akan membeli sebidang tanahnya.

****

Bertani selaras alam, bagaimanakah itu?

1. Martabat petani: memilih jadi petani atau terjerumus dalam alam pertanian?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun