Mohon tunggu...
Rahmat Haqiqi
Rahmat Haqiqi Mohon Tunggu... Novelis - Penulis

Penulis Fiksi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kenapa Harus Berakhir Secepat Ini

6 Agustus 2024   22:51 Diperbarui: 6 Agustus 2024   23:03 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Tidak Angeli aku baik-baik saja" Jawab Baqri

"Bagaimana dengan tanda itu?". Angeli kembali bertanya

"Satu minggu lagi aku akan pergi, Dua tahun lalu kakek dan nenek mulai memeliharaku untuk tujuan ini". Kata Baqri dengan menundukkan kepalanya. Antara rela dan berat hati yang ia rasakan. Di satu sisi qurban ini menjadi bentuk terimakasihnya kepada keluarga Kakek yang telah merawatnya sejak kecil, dan disisi lain ia teringat bahwa baru beberapa bulan lalu ia merasakan kebahagian Bersama Angeli, "kenapa harus berakhir secepat ini?". Kata keduanya dalam hati.

Selepas mereka saling berpamitan pada suatu pagi menjelang siang tanggal 10 dzulhijjah. Baqri berdiri Bersama dengan hewan qurban lainnya pada sebuah lapangan di sisi utara masjid yang tak jauh dari rumah kakek. Semua paniita qurban pada hari itu terlihat sibuk dengan tugas mereka masing-masing. Satu persatu nomor hewan qurban dan nama pemiliknya dipanggil, kini tiba giliran Baqri.

"Sapi nomor 4 qurban dari bapak Suhaidi dan almarhumah Ibu Sukainah". Suara panitia terdengar dari speaker yang ada disana. Baqri lantas diarahkan ke tempat penyembelihan yang telah disiapkan. Tanpa memeberontak sedikitpun, Baqri sudah Ikhlas untuk hal ini. Dengan arahan panitia, Baqri menempatkan badannya ketanah sedangkan lehernya sudah siap diatas lubang galian yang disediakan untuk menapung darahnya. Sambil memejamkan matanya tak henti-hentinya Baqri berdzikir dengan cara yang tak diketahui siapapun kecuali dia dan Tuhannya. Sambil tersenyum untuk yang terakhir kalinya Baqri berkata dalam hati,

"Jika memang direstui oleh Tuhan atas diriku yang menjadi qurban ini. Aku harap Dia akan memepertemukanku dengan Angeli di kehidupan yang abadi kelak. Aku percaya jika Tuhan harus memisahkan dua makhluknya yang saling mencintai dengan cara yang tak pernah terduga, maka perpisahan itu adalah jeda untuk pertemuan yang lebih indah di kehidupan selanjutnya".

"Bismillahi Allahuakbar..Allahumma minka wa ilaika......". Sssrsttt.. Bersama dengan kalimat itu perlahan kesadaran Baqri mulai pudar diikuti setiap ingatannya Bersama Angeli, satu-satunya kemewahan terakhir yang bisa ia bawa mati.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun