Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Analisis White Nights Karya Dostoevsky: Backburner dan Second Choice dalam Sastra Klasik

3 Februari 2025   22:12 Diperbarui: 3 Februari 2025   22:26 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fenomena White Night. Sumber: dibuat oleh AI dari DeepAI.

White Nights memberi kita sebuah pandangan seseorang kesepian yang ingin dicintai dan memberikan apapun (walau itu menyakiti perasaan cinta kita) ke orang yang kita cintai. Pikiran bahwa sebetulnya kita hanya dijadikan pelarian dan cadangan pada akhirnya terbutakan oleh ilusi pengorbanan untuk cinta. Si Pengkhayal sebetulnya tahu hubungan mereka tidak akan berjalan dengan baik dan bahkan hanya bertepuk sebelah tangan.

"Tanganmu dingin, tanganku membara. Betapa buta dirimu Nastenka!...Oh, betapa menjengkelkannya orang yang sedang bahagia itu sewaktu-waktu! Tapi aku tak bisa marah padamu!" 

Ucapan batin yang terucap oleh Si Pengkhayal tadi adalah sebuah contoh konflik batin yang disajikan Dostoevsky dalam White Nights. Kecerdasan Dostoevsky menggambarkan pertentangan psikologis tokohnya membuat kita merasa berayun tinggi, dari kesunyian dibawah lalu terhempas keatas oleh harapan dan diakhir cerita kita dijatuhkan lagi ke dalam jurang kehampaan.

Kesimpulan 

Walau bukan cerita yang berakhir bahagia, kita dapat mengambil sebuah arti sebenarnya dari setiap pertemuan, setiap pengorbanan, dan juga setiap momen yang mengandung makna. Pada akhirnya walau kita si pembaca menyumpahi si Nastenka tetapi respons Si Pengkhayal ketika mendapat kabar Nastenka akan menikah dengan pria pujaannya adalah yang terpenting.

Si Pengkhayal walaupun jatuh sakit karena sakit hati, tidak pernah mengutuk perbuatan Nastenka maupun menyesali perbuatannya membantunya menemui pria yang dicintainya.

Memang tidak ada pembuktian juga ini sebagai cerita pertama dalam dunia sastra tentang seorang Backburner atau Second Choice. Namun yang ingin saya katakan di akhir bahwa Dostoevsky benar-benar bajingan dalam menulis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun