Mohon tunggu...
Rahmad Alam
Rahmad Alam Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa psikologi UST, suka menulis dan rebahan.

Seorang mahasiswa fakultas psikologi universitas sarjanawiyata tamansiswa yogyakarta yang punya prinsip bahwa pemikiran harus disebarkan kepada orang lain dan tidak boleh disimpan sendiri walaupun pemikiran itu goblok dan naif sekalipun.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Analisis White Nights Karya Dostoevsky: Backburner dan Second Choice dalam Sastra Klasik

3 Februari 2025   22:12 Diperbarui: 3 Februari 2025   22:26 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Fenomena White Night. Sumber: dibuat oleh AI dari DeepAI.

Pembaca novel klasik tentu kenal dengan White Nights (malam-malam putih; terjemahan Indonesia) karya Fyodor Dostoevsky. Setelah membaca novel ini, saya menemukan bahwa cerita yang ditulis lebih dari seabad lalu ini memiliki relevansi dengan fenomena modern, yakni konsep backburner dan second choice dalam hubungan percintaan. 

Kedua istilah tersebut sendiri merujuk kepada definisi hubungan seseorang yang dijadikan cadangan dari seseorang yang telah jatuh cinta pada orang lain, perbedaan keduanya akan kita bahas nanti. Lalu, apakah karya Dostoevsky ini bisa dikatakan awal dari cerita-cerita romantis tragis yang menghasilkan Istilah Backburner atau Second Choice?.

Tapi sebelum itu jika kalian belum terlalu mengenal penulis-penulis klasik bergaya melankolis nan filosofis layaknya Dostoevsky, Franz Kafka, Osamu Dazai, Sylvia Path, Albert Camus dan lainnya maka saya sarankan untuk membaca dahulu barang satu dua karya mereka agar sedikit bisa menyelami pemikiran dan juga pesan yang mereka sampaikan.

Penulis novel ini sendiri, Fyodor Mikhailovich Dostoevsky (1821-1881 M) merupakan penulis terkenal asal Rusia yang banyak mempengaruhi penulis-penulis sesudahnya. Karya-karya lainnya yang terkenal seperti Catatan dari Bawah Tanah (1864), Crime and Punishment (1866), dan karya pamungkas di akhir hidupnya yakni The Brothers Karamazov (1880), adalah mahakarya yang menghiasi dunia sastra kala itu.

Fyodor Dostoevsky (1821-1881 M). Sumber: Wikipedia/Vasily Perov.
Fyodor Dostoevsky (1821-1881 M). Sumber: Wikipedia/Vasily Perov.

 Karya-karya Dostoevsky memiliki pengaruh besar terhadap pemikiran dunia, termasuk bagi filsuf Friedrich Nietzsche dan bapak psikoanalisis Sigmund Freud, yang mengadaptasi beberapa gagasannya dalam teori mereka.

Spoiler Sedikit Alur White Nights

Sinopsis dari cerita White Nights sebenarnya memiliki alur yang tidak panjang dan bertele-tele. Cerita ini mengisahkan seorang pria penyendiri di Saint Petersburg yang sering menghabiskan malamnya yang sepi dengan berjalan-jalan dengan dunia imajinasinya yang membuat dia seakan berteman dengan seluruh kota padahal kenyataannya dia tidak punya teman asli sama sekali.

Karena keseringan berimajinasi inilah mari kita panggil tokoh utama cerita ini sebagai Si Pengkhayal. atar cerita berlangsung saat malam-malam musim panas di Rusia, ketika matahari tidak sepenuhnya tenggelam, sebuah fenomena yang dikenal sebagai Malam Putih, maka Dostoevsky memberi judul cerita ini Malam-Malam Putih atau White Nights.

Lanjut ke cerita, suatu malam si pengkhayal bertemu seorang perempuan muda bernama Nastenka yang sedang menangis di tepi sebuah kanal. Mereka pun berbincang dan menjalin persahabatan yang cepat berkembang menjadi hubungan emosional yang dalam.

Si Pengkhayal, yang belum pernah merasakan cinta sejati, mulai jatuh hati pada Nastenka. Namun, Nastenka sebenarnya sedang menunggu kepulangan pria lain yang pernah berjanji akan kembali untuknya.

Si Pengkhayal walaupun begitu membantu Nastenka untuk bertemu pria tersebut sembari memendam rasa suka. Pria yang ditunggu Nastenka tidak kunjung tiba dan akhirnya Nastenka memberi harapan bahwa dia mungkin bisa mencintai Si Pengkhayal. Namun, kebahagiaan ini singkat karena pria yang ditunggu Nastenka akhirnya kembali, dan dengan penuh sukacita, ia segera meninggalkan si Pengkhayal.

Kisah ini berakhir dengan Si Pengkhayal yang patah hati, menyadari bahwa ia hanyalah seorang second choice dalam hidup Nastenka. Meski hatinya hancur, ia tetap mengenang momen singkat mereka bersama sebagai salah satu kebahagiaan terbesar dalam hidupnya.

 

Cover novel White Nights terbitan Periplus. Sumber: Dokumen Pribadi
Cover novel White Nights terbitan Periplus. Sumber: Dokumen Pribadi

Kaitannya dengan Backburner dan Second Choice Masa Kini

Istilah Backburner saat ini sedang viral dikarenakan judul lagu penyanyi Niki yang memiliki nama sama. Backburner didefinisikan sebagai seseorang yang tetap dijaga dalam lingkaran perhatian sebagai opsi romantis, meskipun hubungan serius tidak terjadi saat ini. Second Choice sebenarnya mirip dengan Backburner, tetapi lebih mengarah pada seseorang yang hanya dijadikan pelarian tanpa hubungan emosional yang kuat.  

Pada cerita White Nights, SI Pengkhayal dijadikan Backburner sekaligus Second choice oleh si Nastenka karena pria yang dicarinya tidak kunjung datang. Nastenka masih memiliki hubungan dengan Si Pengkhayal walau dia tahu bahwa bukan Si Pengkhayal yang diinginkannya pada awalnya. Setelah tiba-tiba pria yang dicari Nastenka muncul, Si Pengkhayal lantas ditinggalkan.

Sebuah Dinamika Psikologis yang Menakjubkan dalam Sebuah Karya Sastra

Terlepas dari tragisnya kisah cinta dari White Nights, karya Dostoevsky ini menyajikan dinamika psikologis yang dirangkai dalam setiap frasa yang khas ala Dostoevsky. Pertentangan yang hadir antara membantu Nastenka tanpa melibatkan perasaan hingga akhirnya Si Pengkhayal mengungkapkan perasaannya kepada Nastenka walau dirinya tahu bahwa bukan dia yang dicintainya membawa kita pada sebuah konflik batin yang unik.

Ciri khas karya Dostoevsky memang melibatkan pertentangan moral, batin, dan logika yang dibalut dengan kata-kata yang puitis dan seolah memberikan kita sebuah angin segar akan cerita bahagia tapi pada akhirnya kita menerima akhir yang tragis nan realistis.

White Nights memberi kita sebuah pandangan seseorang kesepian yang ingin dicintai dan memberikan apapun (walau itu menyakiti perasaan cinta kita) ke orang yang kita cintai. Pikiran bahwa sebetulnya kita hanya dijadikan pelarian dan cadangan pada akhirnya terbutakan oleh ilusi pengorbanan untuk cinta. Si Pengkhayal sebetulnya tahu hubungan mereka tidak akan berjalan dengan baik dan bahkan hanya bertepuk sebelah tangan.

"Tanganmu dingin, tanganku membara. Betapa buta dirimu Nastenka!...Oh, betapa menjengkelkannya orang yang sedang bahagia itu sewaktu-waktu! Tapi aku tak bisa marah padamu!" 

Ucapan batin yang terucap oleh Si Pengkhayal tadi adalah sebuah contoh konflik batin yang disajikan Dostoevsky dalam White Nights. Kecerdasan Dostoevsky menggambarkan pertentangan psikologis tokohnya membuat kita merasa berayun tinggi, dari kesunyian dibawah lalu terhempas keatas oleh harapan dan diakhir cerita kita dijatuhkan lagi ke dalam jurang kehampaan.

Kesimpulan 

Walau bukan cerita yang berakhir bahagia, kita dapat mengambil sebuah arti sebenarnya dari setiap pertemuan, setiap pengorbanan, dan juga setiap momen yang mengandung makna. Pada akhirnya walau kita si pembaca menyumpahi si Nastenka tetapi respons Si Pengkhayal ketika mendapat kabar Nastenka akan menikah dengan pria pujaannya adalah yang terpenting.

Si Pengkhayal walaupun jatuh sakit karena sakit hati, tidak pernah mengutuk perbuatan Nastenka maupun menyesali perbuatannya membantunya menemui pria yang dicintainya.

Memang tidak ada pembuktian juga ini sebagai cerita pertama dalam dunia sastra tentang seorang Backburner atau Second Choice. Namun yang ingin saya katakan di akhir bahwa Dostoevsky benar-benar bajingan dalam menulis.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun