Bagaimana kalau pemuda tersebut sekarang amat khawatir karena takut dimarahi orang tuanya, pikir Marjiah menerawang.Â
Jika saja semua orang di dunia seperti dirinya pastilah dunia akan jauh lebih baik pikirnya. Ia pun bergegas melanjutkan pencariannya.
Pada pencariannya itu ia melewati sekolah dasar yang agak rusak. Terlihat atapnya yang beberapa berlubang sehingga mungkin ketika hujan murid-murid dan guru harus berusaha agar tidak basah saat belajar.Â
Pada dinding-dindingnya terdapat lubang pula. Pintu kelasnya pun banyak yang reyot dimakan rayap. Jendelanya pun tak kalah mengenaskan dengan beberapa tidak memiliki kaca didalamnya.
Sungguh sangat memprihatinkan sekolah tersebut. Tempat yang seharusnya dijadikan tonggak awal kesejahteraan generasi baru tak terurus begitu saja.Â
Dimanakah andil pemerintah dalam hal ini?. Atau mungkin para pengusaha mebel dan bangunan tidak ingin mengikuti tender yang jelas kurang menguntungkan mereka.Â
Sepertinya kepedulian para pejabat dan pengusaha kaya tersebut terhadap rakyat kecil sudah mati rasa.
Hari sudah menjelang malam dan Marjiah belum juga menemukan pemilik dari benda yang dipegangnya itu dari tadi. Apakah ia harus ke perumahan orang elit yang selalu dijaga satpam itu dan menandakan agar orang kecil untuk menjauh.Â
Namun jika tidak ada pilihan lain maka ia harus ke sana untuk mencari tahu. Lalu berjalanlah ia ke perumahan orang elit itu di sinari oleh cahaya senja.
Pada saat sampai didepan portal perumahan elit itu. Perasaan Marjiah tidak menentu karena portal tersebut dijaga oleh satpam bertubuh kekar.
 Marjiah pun memberanikan dirinya untuk mengutarakan maksudnya tersebut namun saat hendak mendekat dia sudah disuruh pergi karena dikira hendak mengemis.