Mohon tunggu...
Rahma Roshadi
Rahma Roshadi Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer Bahagia

Penikmat tulisan dan wangi buku

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Diskusi Ahmadiyah dan Gusdurian, Menguak Tabir Tanpa Penghakiman

13 Oktober 2019   07:07 Diperbarui: 13 Oktober 2019   07:35 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Mengulik pesan damai yang dibawa oleh Islam, sejak berabad yang lalu Ahmadiyah sudah mengemban misi menjalankan syariat dan kekhalifahan yang seharusnya. Bagaimana konsep Islam dan khalifah yang seharusnya? Tentu saja yang sesuai dengan ajaran Rasulullah salallaahu alaihi wasallam. 

Beliau memberikan teladan dalam dakwah yang santun dan damai. Tidak memaksa memeluk Islam, sekalipun beliau adalah seorang rasul, karena firman Allah taala yang menyampaikan bahwa tugas pendakwah hanyalah menyampaikan, bukan memaksakan. Laa ikrooha fid Diin, tidak ada paksaan dalam memeluk agama.

Mengampanyekan Islam dengan damai inilah, yang selalu diusung oleh khalifah Ahmadiyah dalam perjalanan-perjalanan misinya ke berbagai negara, sehingga saat ini ahmadiyah telah masuk ke 213 negara. Maasya Allah, Laa quwwaata illa billah. Demikian besarnya karunia Allah taala pada jemaat ini, yang menebarkan dakwah Islam dengan prinsip dasar:

  • Loyalty. Kesetiaan pada bangsa dan negara adalah salah satu bentuk ketaatan kepada Allah taala;
  • Freedom. Kemerdekaan sebagai individu, bangsa, dan penganut keyakinan beragama;
  • Equality. Prinsip persamaan, sebagaimana teladan Rasulullah yang tidak menyukai fanatisme sempit karena ras atau suku bangsa, karena sebaik-baik manusia di hadapan Allah adalah mereka yang memiliki ketakwaan;
  • Respect. Saling menghormati dan menghargai antar bangsa, agama, dan aliran agama;
  • Peace. Terciptanya kedamaian di antara bangsa, agama, dan aliran agama;
  • Love for All, Hatred for None. Misi untuk mencintai semua orang dan tidak membenci siapapun.

Enam prinsip dasar ini dipegang dan dipraktekkan dalam setiap kampanye Islam di banyak tempat. Dengan konsep perdamaian yang mendarah daging ini, menjadikan para anggota jemaat ahmadiyah demikian taat dalam iman, khususnya dalam hal untuk senantiasa menebarkan kebaikan sekalipun orang lain memperlakukan mereka dengan keburukan.

Ahmadiyah bukan organisasi baru di Indonesia, tidak pula menjadikan pesan perdamaian sebagai isu yang baru. Karena sejak lahirnya, nama ahmadiyah saja sudah dipilih berdasarkan keinginan untuk membumikan ajaran damai Rasulullah dan para salafush sholih. 

Nama Ahmadiyah, bukan berasal dari pengikut Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, melainkan murid-murid Ahmad, dalam hal ini adalah nama jamaali (keindahan) dari Rasulullah shalallaahu alaihi wasalaam.

Kampanye kebaikan yang selalu dilakukan, salah satu tujuannya adalah tabayyun, menjawab tuduhan-tuduhan dengan data yang objektif. Sekalipun perlakuan persekusi sering diterima, tetap saja jemaat ini menyerahkan cara penyelesaian konflik kepada pemerintah dan pihak yang berwenang. 

Meskipun lagi, hasil yang diperoleh masih sering mengecewakan bagi jemaat ahmadiyah, namun sebagai bentuk ketaatan kepada ulil amri, maka patuhlah jemaat ini pada aturan negeri.

Pesan damai sudah tersebar di 213 negara, melebihi jumlah negara peserta PBB. Moslem Television of Ahmadiyya (MTA), menjadi salah satu cara dakwah ahmadiyah ke seluruh dunia. Sehingga, meskipun khalifahnya berada di London, namun nasihat yang tersampaikan kepada anggota akan tetap sama dan seragam. Inilah roh khalifah sebagai bayang-bayang nabi yang membuat jemaat ini tetap bertahan dalam keimanan, meskipun dipersekusi.

Lalu apa kaitannya dengan Gus Dur?

Pertanyaan ini sejenak membuat beberapa anggota jemaat mengenang momen pertemuan khalifah ke IV, yang berkunjung ke Indonesia tahun 2000 dan diterima oleh Kyai sekaligus Presiden Abdurrahman Wahid sebagai tamu negara. Momen itu adalah sebuah cerita rohani yang membekas di ingatan setiap ahmadi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun