Wahyu tak segera menjawab, nampaknya ia belum memiliki jawaban pasti untuk ini. Wahyu menggelengkan kepala dan kemudian beranjak dari kursinya untuk memesan kopi.
"Jadi gimana Cal?" Kini Dede menagih jawaban Ical.
"Menurut gua sih lu mesti tampil beda De, ya lu harus mencirikan sebagai ikhwan yang matang, berwibawa, dan tentu memberikan kesan baik" Ujar Ical.
"Lha emangnya gua nggak kaya gitu sekarang?" Balas Dede sambil terkekeh.
"Ya bukan gitu maksudnya De. Ya kan pada prinsipnya seseorang menilai kita pada awalnya dari apa yang terlihat. Nah disini lu mesti ngasih pesan dan kesan bahwa lu ikhwan yang bukan kaleng-kaleng, pekerja keras, dan rajin. Kalau soal muka ya mau gimana lagi kan"
Dede memukul bahu Ical "Ah lu kalo urusan muka jangan diomongin!"
"Tapi nggak mau fokus dulu sama isu-isu nih De?" Tanya Wahyu sembari membawa kopi yang dipesannya.
"Lha urusan isu ya isu, romansa ya perlu tetep jalan aja"
"Intinya sih De tunjukin aja bahwa lu ikhwan yang patut diperhitungkan"
"Nah bener, lu mesti menjadi apa yang orang suka" Tambah Wahyu.
"Bener sih kesan gua harus bagus dulu"