Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Bertepuk Sebelah Rindu

12 Mei 2020   17:12 Diperbarui: 12 Mei 2020   17:06 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber foto: Pixabay/GoranH

Para ikwhan proletar tidak segera menjawab ocehan-ocehan mereka, namun sejurus kemudian sesuatu mengguncang Wahyu

"Gimana Yu sama akhwat semester 3 aman?"

Pikiran Wahyu dibuat kalut, hatinya tidak tenang, bagaimana bisa Bursh tau masalah ini. Biasanya akan menjadi sinyal bahaya jika para ikhwan borjuis sudah bisa mengendus persoalan asmara ikhwan proletar. Bisa-bisa kejadian perebutan lahan usaha akan terulang kembali.

Bursh tertawa kecil "Tenang bro, kita udah nggak kaya dulu lagi, aman Yu aman"

Wahyu mengembuskan nafas panjang "Syukurlah" Bisiknya dalam hati.

"Bener Yu, tenang, perjuangkan aja dia"

"Berjuang Yu!" Bale menyemangati.

Perbincangan kemudian berlanjut dengan inisiasi Bursh, Bale, dan Egi. Mereka berbicara tentang pengamanan akhwat agar tidak tergaet ikhwan lain. Perkataan mereka tentang optimisme, efektivitas, dan keberanian menjadi pengetahuan baru bagi Wahyu untuk segera bisa mengamankan posisi akhwat incarannya.

"Nah gitu Yu, utamakan keselamatan dan keseriusan, kita harus cakap dan tanggap di era ketidakpastian ini, karena segala sesuatu bisa terjadi, segala sesuatu juga tidak mudah diprediksi dan cepat berubah" Ujar Bursh.

"Jangan lupa dengan rumus (BANCET) yang merupakan singkatan dari berani dan cekatan, amalkan itu Yu" Bale menimpali.

Setelah percakapan yang cukup panjang, Bursh, Bale, dan Egi undur diri karena ada kegiatan bersama para akhwat incarannya, nampaknya mereka sudah mengagendakan triple date yang bagi Ical, Dede, dan Wahyu masih sebatas utopia belaka. Kopi yang sudah mengering dari gelas menjadi pertanda bubarnya perkumpulan hari itu, Ical pulang lebih dulu karena tiba-tiba saja sakit perut. Sementara itu Wahyu dan Dede berjalan pulang menyusuri jalan trotoar kampus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun