Mohon tunggu...
Rahman Wahid
Rahman Wahid Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa

Menggapai cita dan melampauinya

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Babad Ikhwan Mistis: Mendobrak Hegemoni, Mewujudkan Harmoni

15 September 2019   17:12 Diperbarui: 15 September 2019   17:21 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dede tampak mengangguk-angguk saat Bale berbicara, sepertinya Dede mengiyakan argumen Bale, namun setelah beberapa lama, air muka Dede berubah muram

"Tapi Bal, sepertinya agak susah juga sih, terutama buat ngajak yang muda atau mahasiswa lain nantinya buat gerak, apalagi represi dari kampus kan kuat juga"

"Emang De, yang jelas itu bukan berarti nggak bisa, tapi butuh proses yang cukup lama, selain itu emang pendekatan dari kitanya juga banyak kurangnya sih" Jawab Bale

 "Bener Bal, kita harus segera susun strategi baru buat pergerakan kita selanjutnya. Konsolidasi aksi massa dari setiap lapisan mahasiswa perlu diterus ditingkatin nih"

"Sip, De, siang ini kita coba rapat terbatas dengan para kader, nanti topik pembahasannya soal strategi penggalangan massa, buat aksi minggu depan" Tegas Bale.

Dengan segera lalu Bale menyebar undangan via whatsapp grup KIMBELI. Isi pesannya kurang lebih untuk mengundang seluruh kader guna menyusun strategi penggalangan massa. Tempatnya di selasar masjid, ba'da ashar.

Tepat pada waktu dan tempat yang sudah diinformasikan oleh Bale, para kader ikhwan mistis telah berkumpul dan bersidekap dengan rapih. Beberapa diantaranya tampak resah dengan strategi bagaimana yang akan mereka lancarkan dalam rangka menggalang massa. Iman dan Mou bercakap-cakap saking penasaran dengan topik pembahasan pada rapat kali ini.

"Kira-kira strategi apa yang mau dipake ya Mou?" Iman menepuk bahu Mou.

Mou menoleh pelan, ia tak langsung menjawab, pandangannya menerawang sekitar "Entahlah Man, tapi sepertinya terobosan baru"

Iman agak keheranan mendengar jawaban Mou "Baru kaya gimana maksudnya kamerad Mou?"

"Iya, ini strategi mungkin baru pertama kali diterapkan disini"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun