Tokoh selanjutnya adalah penjaga panti. Jika biasannya penjaga panti merupakan seorang yang penyabar dan penyayang, di novel tersebul sang penjaga panti yang sering Ray sebut sebagai digambarkan sebagai seorang yang pemarah, keras kepala dan kejam dapat terlihat jelas pada kalimat "bilah rotan itu tanpa ampun meluncur ke pantat satu kali. Sakit sekali. Apalagi celananya lusuh dan tipis pula. Mana bisa menahan pecutan pedas di kulit. Muka Rehan memerah menahan rasa nyeri.Â
Dia tidak akan berteriak. Berteriak berarti kesenangan bagi penjaga panti. Symbol kemenangan penjaga panti." (Halaman 12). Tokoh selanjutnya adalah Diar. Diar merupakan seorang anak laki-laki yang penyabar dan lembut dia selalu peduli kepada Rehan." Rehan tidak bisa berbuka bersama dengan anak-anak panti lainnya sore itu, hari ke-30 puasa. Diar, yang sekamar dengannya berbaik hati menyelinap ke halaman panti, berusaha menyerahkan sebungkus roti tawar dan segelas cendol melalui balik pintu" (Halaman 14). Selanjutnya adalah Bang Ape, Bang Ape digambarkan sebagai seorang yang bijak dan perhatian.Â
"Bang Ape mentraktir mereka, seminggu sekali. Sambil bertanya apa yang telah mereka lakukan sepanjang minggu. Bertanya sekolah. Pekerjaan. Kemudian selalu menutup makan malam itu dengan kalimat: "Kalian mungkin memiliki masa lalu yang buruk, tapi kalian memiliki kepal tangan untuk mengubahnya... Kepal tangan yang akan menentukan sendiri nasib kalian hari ini, kepal tangan yang akan melukis sendiri masa depan kalian...". Selanjutnya adalah tokoh si Plee. Plee merupakan sahabat baik Rehan dia merupakan seorang yang setia dan cerdik.
"Jangan tanya Plee tentang kesetiaan. Malam terakhir sebelum eksekusi, di tengah-tengah hujan deras, di atas tower air, Plee menggenggam bahu Ray kencang-kencang, "Besok malam kita akan kaya, Ray! Kaya bersama-sama. Tidak ada yang meninggalkan yang lain!" Berteriak mengulang kalimat-kalimat sebelumnya."(Halaman 183). Selanjutnya adalah Fitri.Â
Fitri adalah istri Rehan yang sangat patuh dan sabar, meskipun awalnya ia merupakan seorang pelacur yang memiliki masalalu yang sama kelamnya dengan Ray, tetapi setelah menikah dengan Ray kehidupannya menjadi berubah. "Aku baik-baik saja, ceroboh. Aku senang mendengarnya.... Amat senang.... Tetapi aku tidak membutuhkan itu, yang. Rumah besar, mobil, berlian, pakaian yang indah.... Bagiku kau ihklas dengan semua yang kulakukan untukmu.... Ridha atas perlakuanku padamu.... Itu sudah cukup!"(Halaman 294). Yang terakhir adalah Jo, ia merupakan anak buah Ray yang sangat setia dan bisa diandalkan "Jo amat dekat dengan Ray. Tahu semua urusan Ray, termasuk tentang istrinya. Jo mengerti dalam banyak hal dia tidak sepantasnya mencampuri urusan Ray, si pemilik gedung. Dia tidak layak. Beda kelas. Tetapi Jo teman yang baik." (Halaman 352)
Di dalam novel tersebut di gambarkan berbagai kejadian dengan latar waktu yang berbeda. Mulai dari pagi hari "Pagi ini, setelah melakukan apa yang direncanakan semalam, dia akan pergi selamanya." (Halaman 30). Selanjutnya adalah siang hari "Tersenyum hangat, sehangat cahaya matahari siang terminal antar-kota.".(Halaman 39).Â
Di ceritakan juga kejadian yang berlatarkan sore hari, salah satunya saat Ray berbincang dan menggoda istrinya setelah memberikan setangkai bunga mawar "Eh, kau cantik sekali sore ini--- "Ray menyeringai menatapnya. Urusan setangkai mawar merah itu terpotong sejenak." (Halaman 294). Banyak juga peristiwa penting yang terjadi saat malam hari, salah satunya adalah saat Plee dan Ray melakukan pencurian permata seribu karat di gedung "Pukul 23.00, langit Ibukota mendadak gelap. Awan tebal berarak-arak menutupi bintang-gemintang. Bukan main, bahkan langit merestui rencana ini!"(Halaman 187).
Beberapa tempat penting juga menjadi saksi bisu perjalanan Ray dalam menitih lika-liku kehidupannya. Saat ia kecil, ia tinggal di sebuah panti asuhan yang benar-benar kejam dengan penjaga panti sok suci. "Esoknya, hari raya di panti asuhan. Saat anak-anak bergembira memakai baju koko menuju lapangan dekat Panti, Rehan masih duduk bergelung.
Bajunya lembab. Sisa tempias hujan semalaman. Matanya merah karena tidurnya semalam berkali-kali terbangun oleh suara guntur. Mata yang sekarang menatap penuh kebencian, sisa benci tadi malam."(Halaman 30). Setelah akhirnya memutuskan untuk kabur dari panti asuhan terkutuk tersebut kini hari-hari Ray lebih banyak ia habiskan di terminal yang membuatnya menjadi tumbuh dewasa dan keras layaknya preman-preman jalanan. "Rehan kembali duduk di pojokan terminal.
Tempat yang akan direncanakan menjadi rumah baru baginya. Itu sebatas atap toko paling pojok di terminal. Menyatu ke tembok pembatas rumah-rumah warga di luar."(Halaman 42). Bertahun-tahun Rehan hidup di jalanan hingga akhirnya ia mendapatkan beberapa luka tusukan yang mengakibatkan ia harus di rawat di rumah sakit yang meninggalkan kesedihan baginya karena pada saat yang bersamaan ia harus melihat Diar yang tidak bersalah harus pergi untuk selama-lamanya karena ulahnya setelah mengambil dompet sopir bus yang sedang mandi di toilet terminal "Dia tidak tahu kalau Diar menghembuskan nafas persis di sebelahnya.
Diar meninggal di usia yang amat muda. Diar meninggal karena dia.... Karena dia mencuri celana di toilet terminal...."(Halaman 78). Â Selepas dari rumah sakit, Ray memutuskan untuk ikut tinggal di sebuah rumah singgah di mana ia mendapatkan kebahagiaan dan arti sosok keluarga di sana."Di Rumah Singgah ini tidak ada yang memaksa.