Rahmannita
203516516250
Ilmu Komunikasi
Universitas Nasional
Abstrak
Pada saat ini intoleransi dan radikalisme adalah masalah serius yang dihadapi Indonesia. Fenomena ini bermunculan selama lima tahun terakhir dengan berbagai peristiwa yang mengemuka. Pada umumnya radikalisme muncul sebagai akibat dari suatu paham ekstrem yang disebabkan oleh ketidakpuasaan atas suatu keadaan. Terkadang aksi radikalisme pada saat ini dikaitkan dengan agama, hal ini karena sering terjadinya berbagai aksi radikalisme mengatas namakan agama yang berujung pada aksi kekerasan atau sikap tidak toleran. Imbasnya, muncul berbagai kesan negatif dan mendiskreditkan agama tertentu. Pada paper ini akan dibahas mengenai aksi radikalisme dan intoleransi di negara kita.
Â
PENDAHULUAN
Â
Latar Belakang
Pada umumnya radikalisme muncul sebagai akibat dari suatu paham ekstrem yang disebabkan oleh ketidakpuasaan atas suatu keadaan. Terkadang aksi radikalisme pada saat ini dikaitkan dengan agama, hal ini karena sering terjadinya berbagai aksi radikalisme mengatas namakan agama yang berujung pada aksi kekerasan atau sikap tidak toleran. Imbasnya, muncul berbagai kesan negatif dan mendiskreditkan agama tertentu.
Berbagai aksi radikalisme terjadi di Indonesia, seperti aksi intoleransi yang terjadi di Semarang selama 6 bulan di tahun 2014 ini di Jawa Tengah telah terjadi 8 kali kekerasan dengan mengatas namakan agama (Syukron, 2014). Keadaan yang serupa juga terjadi di Yogyakarta, selama 5 bulan pertama di tahun 2014 telah terjadi 7 kasus tindakan intoleransi atas nama agama (Kompas 4 Juni 2014).
Data - data diatas merupakan suatu contoh bahwa sifat toleransi masyarakat di Indonesia sangat menipis. Gesekan-gesekan kepentingan dikaitkan dengan keyakinan agama menimbulkan konflik yang menyulut kerusuhan. Berdalih mengamalkan suatu keyakinan dalam agama yang dianut, suatu kelompok atau seorang melakukan intimidasi/kekerasan/pengeroyokan kepada kelompok atau orang yang berbeda keyakinannya.
Pada era global ini, perkembangan teknologi membuat berbagai informasi dapat diperoleh secara mudah dan cepat. Kini hadirnya media sosial menjadikan semua orang dapat dengan mudah mengakses situs radikal tanpa perlu bertatap muka, sehingga memungkinkan terjadinya proses radikalisasi melalui dunia maya. Oleh karena itu media sosial bukan hanya untuk membuat propaganda terorisme baru, namun ini merupakan pola dan bentuk baru dalam radikalisme. Saat ini kaum milenial menjadi salah satu pengguna terbanyak media sosial, oleh karena itu kaum milenial sangat rentan akan terdampak paham yang intoleran dan radikal.
Â
Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud radikalisme ?
2. Apa penyebab terjadinya radikalisme ?
3. Bagaimana upaya mencegah terjadinya radikalisme dan intoleransi ?
4. Mengapa kaum muda/milenial menjadi sorotan ?
Â
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penulis memiliki tujuan dilakukanya penelitian sebagai pemahaman tentang radikalisme dan upaya meminimalisir terjadinya radikalisme di Indonesia.
Â
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi dan pemaparan mengenai radikalisme dan intoleransi.
Â
Penelitian Terdahulu
Agar menghindari kesamaan penelitian yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis terlebih dahulu mencari hasil penelitian yang berhubungan dengan fokus masalah yang penulis teliti dan penulis jadikan sebagai bagian dari referensi diantaranya :
1. Artikel jurnal ilmiah yang ditulis oleh Endang Supriadi, dkk, dengan judul "Intoleransi dan Radikalisme Agama; Konstruk LSM tentang program Deradikalisasi", diterbitkan pada tahun 2020 dalam Jurnal Sosiologi Walisongo (JSW), Vol 4, No 1. Dalam jurnal ini peneliti membahas mengenai program deradikalisasi oleh BNPT yang belum efektif serta upaya deradikaliasi yang dilakukan oleh Wahid Institute dan SETARA Institute.
Â
2. Makalah penelitian mengenai kegiatan deradikalisasi yang dilakukan komunitas JAKATARUB terhadap pemuda/kaum milenial khususnya di wilayah Bandung Raya melalui media film pendek dan kafe religi, dengan Judul "DERADIKALISASI PADA MILENIAL DI JAKATARUB".
Â
PEMBAHASAN
Â
Pengertian