Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara membeli barang berdasarkan kebutuhan atau keinginan. Pertanyaan ini bukan hanya masalah ekonomi atau finansial, tetapi juga berhubungan erat dengan dinamika sosial yang melibatkan pola perilaku, nilai, dan pengaruh sosial yang ada di masyarakat. Dari sudut pandang sosiologi, cara kita membeli barang ini dapat dipahami melalui berbagai teori yang mencakup pengaruh kelompok sosial, media, status sosial, serta konstruksi budaya dalam masyarakat.
1. Perbedaan antara Kebutuhan dan Keinginan
Sebelum menyelami penjelasan sosiologi, kita harus memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah barang atau jasa yang esensial bagi kelangsungan hidup atau untuk memenuhi standar hidup yang layak, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan. Sementara itu, keinginan merujuk pada barang atau jasa yang tidak esensial, namun dapat memberikan kenikmatan atau status, seperti gadget terbaru, barang-barang fashion mahal, atau kendaraan mewah.
2. Pengaruh Sosial dalam Membeli Barang
Sosiologi menjelaskan bahwa keputusan kita dalam membeli barang seringkali dipengaruhi oleh faktor sosial di sekitar kita. Salah satunya adalah pengaruh kelompok referensi---kelompok orang yang kita anggap sebagai panutan atau teman sebaya. Misalnya, jika teman-teman kita membeli gadget baru atau barang-barang branded, kita cenderung merasa terdorong untuk membeli barang yang sama, meskipun secara rasional barang tersebut tidak termasuk dalam kategori kebutuhan.
a. Konformitas dan Tekanan Sosial
Konformitas, yaitu kecenderungan untuk mengikuti norma atau perilaku kelompok, sering kali menjadi alasan mengapa seseorang membeli barang yang sebenarnya lebih berlandaskan pada keinginan, bukan kebutuhan. Dalam hal ini, tekanan sosial dari kelompok dapat mendorong individu untuk membeli barang-barang yang tidak mereka perlukan, demi menjaga status sosial atau agar tidak dianggap tertinggal.
b. Status Sosial dan Konsumerisme
Dalam masyarakat modern, status sosial sering kali diukur dengan kepemilikan barang tertentu, seperti mobil mewah, pakaian desainer, atau gadget terbaru. Fenomena ini disebut konsumerisme---gaya hidup yang menilai kualitas hidup seseorang berdasarkan barang-barang yang mereka konsumsi. Sosiolog Pierre Bourdieu menekankan konsep habitus dan capital (termasuk kapital sosial dan simbolik) yang menunjukkan bagaimana konsumsi barang dapat menjadi alat untuk menegaskan posisi sosial seseorang dalam masyarakat.
3. Pengaruh Media dan Iklan