Mohon tunggu...
Rahmad Romadlon
Rahmad Romadlon Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Menulis Puisi, Artikel, Kata-kata Bijak, dan Motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Kalian Tim Beli Barang Sesuai Kebutuhan atau Keinginan? Gini Cara Sosiologi Menjelaskan

21 Januari 2025   21:00 Diperbarui: 21 Januari 2025   19:56 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar: OkezoneLifstyle

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering kali dihadapkan pada pilihan antara membeli barang berdasarkan kebutuhan atau keinginan. Pertanyaan ini bukan hanya masalah ekonomi atau finansial, tetapi juga berhubungan erat dengan dinamika sosial yang melibatkan pola perilaku, nilai, dan pengaruh sosial yang ada di masyarakat. Dari sudut pandang sosiologi, cara kita membeli barang ini dapat dipahami melalui berbagai teori yang mencakup pengaruh kelompok sosial, media, status sosial, serta konstruksi budaya dalam masyarakat.

1. Perbedaan antara Kebutuhan dan Keinginan

Sebelum menyelami penjelasan sosiologi, kita harus memahami perbedaan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan adalah barang atau jasa yang esensial bagi kelangsungan hidup atau untuk memenuhi standar hidup yang layak, seperti makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pendidikan. Sementara itu, keinginan merujuk pada barang atau jasa yang tidak esensial, namun dapat memberikan kenikmatan atau status, seperti gadget terbaru, barang-barang fashion mahal, atau kendaraan mewah.

2. Pengaruh Sosial dalam Membeli Barang

Sosiologi menjelaskan bahwa keputusan kita dalam membeli barang seringkali dipengaruhi oleh faktor sosial di sekitar kita. Salah satunya adalah pengaruh kelompok referensi---kelompok orang yang kita anggap sebagai panutan atau teman sebaya. Misalnya, jika teman-teman kita membeli gadget baru atau barang-barang branded, kita cenderung merasa terdorong untuk membeli barang yang sama, meskipun secara rasional barang tersebut tidak termasuk dalam kategori kebutuhan.

a. Konformitas dan Tekanan Sosial

Konformitas, yaitu kecenderungan untuk mengikuti norma atau perilaku kelompok, sering kali menjadi alasan mengapa seseorang membeli barang yang sebenarnya lebih berlandaskan pada keinginan, bukan kebutuhan. Dalam hal ini, tekanan sosial dari kelompok dapat mendorong individu untuk membeli barang-barang yang tidak mereka perlukan, demi menjaga status sosial atau agar tidak dianggap tertinggal.

b. Status Sosial dan Konsumerisme

Dalam masyarakat modern, status sosial sering kali diukur dengan kepemilikan barang tertentu, seperti mobil mewah, pakaian desainer, atau gadget terbaru. Fenomena ini disebut konsumerisme---gaya hidup yang menilai kualitas hidup seseorang berdasarkan barang-barang yang mereka konsumsi. Sosiolog Pierre Bourdieu menekankan konsep habitus dan capital (termasuk kapital sosial dan simbolik) yang menunjukkan bagaimana konsumsi barang dapat menjadi alat untuk menegaskan posisi sosial seseorang dalam masyarakat.

3. Pengaruh Media dan Iklan

Media dan iklan memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk persepsi kita tentang apa yang kita butuhkan dan inginkan. Iklan sering kali menggambarkan suatu barang sebagai sesuatu yang harus dimiliki untuk meraih kebahagiaan atau kesuksesan. Sosiologi melihat hal ini sebagai bagian dari proses sosial yang mempengaruhi kesadaran kolektif masyarakat. Dengan kata lain, apa yang kita anggap sebagai kebutuhan sering kali dibentuk oleh ide-ide yang disebarkan melalui media massa.

4. Peran Budaya dalam Membeli Barang

Budaya juga memainkan peran penting dalam menentukan apakah kita membeli sesuatu karena kebutuhan atau keinginan. Dalam masyarakat yang sangat menghargai konsumsi material, seperti dalam budaya kapitalis, ada dorongan yang kuat untuk selalu membeli barang baru, meskipun itu bukan hal yang diperlukan untuk hidup sehari-hari. Budaya ini dapat memperburuk kecenderungan untuk membeli barang lebih sebagai pemenuhan keinginan dibandingkan kebutuhan.

5. Teori Sosiologi yang Relevan

Beberapa teori sosiologi yang relevan untuk memahami perilaku konsumen ini antara lain:

  • Teori Fungsionalisme: Menurut fungsionalisme, perilaku konsumen dapat dilihat sebagai respons terhadap kebutuhan dasar masyarakat untuk menciptakan kestabilan sosial. Meskipun keinginan bisa mempengaruhi konsumsi, kebutuhan tetap menjadi faktor utama dalam menjaga keberlangsungan sosial.

  • Teori Konflik: Dalam perspektif teori konflik, pembelian barang sering kali dilihat sebagai upaya individu untuk menunjukkan perbedaan status sosial mereka. Konsumsi barang-barang tertentu menjadi cara untuk membedakan diri dari kelompok sosial lain yang dianggap lebih rendah.

  • Teori Interaksionisme Simbolik: Teori ini menekankan bagaimana makna yang kita berikan terhadap suatu barang dipengaruhi oleh interaksi sosial kita. Barang tidak hanya dilihat dari fungsinya, tetapi juga sebagai simbol yang menandakan sesuatu, seperti prestise atau identitas sosial.

6. Kesimpulan

Kebiasaan membeli barang sering kali melibatkan pertimbangan yang lebih kompleks daripada sekadar memenuhi kebutuhan. Dalam pandangan sosiologi, keputusan ini dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, dan ekonomi. Keinginan untuk menunjukkan status sosial, tekanan dari kelompok sosial, serta pengaruh media dan iklan, sering kali mendorong individu untuk membeli barang berdasarkan keinginan, bukan kebutuhan. Dengan demikian, sosiologi memberikan wawasan yang lebih mendalam mengenai bagaimana konsumsi kita tidak hanya berkaitan dengan kelangsungan hidup, tetapi juga dengan dinamika sosial yang ada dalam masyarakat.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun