Mohon tunggu...
Rahmadani Sihite
Rahmadani Sihite Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa program studi psikologi

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Penerapan Psikologi Islam dalam Mengelola Stres

21 Juni 2024   17:36 Diperbarui: 21 Juni 2024   17:50 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

PENERAPAN PSIKOLOGI ISLAM DALAM MENGELOLA STRES

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masalah stres merupakan salah satu fokus utama dalam bidang kesehatan mental yang terus diteliti oleh para ilmuwan. Stres dianggap sebagai krisis kesehatan yang terkait dengan berbagai penyakit, seperti penyakit kardiovaskular, kecemasan, dan depresi. Sebuah survei menunjukkan bahwa sekitar setengah dari populasi orang di Amerika pernah mengalami peristiwa stres besar. Banyak dari mereka menunjukkan respon perilaku terkait stres seperti kurang tidur, kehilangan nafsu makan, dan kurangnya semangat untuk beraktivitas. Istilah stres pada umumnya merujuk pada stres negatif (distress) (Li, et al., 2016).

Pada tahun 2023, data indeks kesehatan mental masyarakat Indonesia menunjukkan bahwa terdapat 9.162.886 kasus depresi dengan prevalensi 3,7 persen. Sementara itu, jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahun, kemungkinan jumlah penduduk yang mengalami depresi akan semakin besar. 

Menurut data dari Kementerian Kesehatan yang dipublikasikan dalam laman Our Better World banyak penduduk indonesia mengalami depresi serta di ikuti dengan kasus bunuh diri yang di picu oleh gejala kecemasan dan depresi. Kasus bunuh diri juga dipicu oleh penyakit kejiwaan yang lebih parah seperti psikosis, sekitar 400.000 orang terpengaruh. 

Selain itu terdapat 57.000 penderita gangguan jiwa yang mengalami pemasungan dari lingkungan mereka. Jumlah ini setara dengan 15,5 juta remaja. Gangguan mental yang umumnya terjadi di kalangan remaja meliputi gangguan kecemasan (gabungan fobia sosial dan gangguan cemas menyeluruh) 3,7%, gangguan depresi mayor (1,0%), gangguan perilaku (0,9%), hingga gangguan stres pasca-trauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) dengan angka masing-masing 0,5%. Beberapa kasus bunuh diri diawali dengan gejala kecemasan dan depresi pada pelakunya.[1]

Stres telah menjadi fenomena yang umum dan mempengaruhi individu dari berbagai kalangan. Banyak individu yang mengalami stres tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang cukup untuk mengelolanya, sehingga hal ini dapat mengakibatkan penurunan kesehatan mental dan kebahagiaan mereka. 

Akibatnya, mereka dapat mengalami gangguan psikosomatik, yaitu penyakit fisik yang dipicu oleh masalah psikologis. Oleh karena itu, diperlukan strategi yang cepat dan tepat untuk menangani gejala dan dampak stres. Psikologi Islam menghadirkan pendekatan holistik dalam memahami dan menangani stres. 

Pendekatan islami yang dapat mengurangi stres melalui meditasi dan relaksasi dilakukan dengan sholat, berzikir, dan membaca al-Qur'an. Esai ini menggali peran psikologi Islam dalam mengatasi stres, mengkaji bagaimana prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan emosional.

B. Rumusan Masalah

Dari paparan pendahuluan diatas, maka dari itu saya akan membahsan mengenai sebuah judul "Penerapan Psikologi Islam Dalam Mengelola Stres". Maka saya mengemukakan pokok-pokok masalah sebagai berikut:

  • Stres Menurut Sudut Pandang Psikologi Islam.
  • Cara Mengatasi Stres Dari Sudut Pandang Psikologi Islam.
  • Prinsip Hidup seimbang  Dalam Pengelolaan Stres.

C. Tujuan

  • Untuk Menekankan Pentinggnya Iman dan Ketaatan Untuk Menjalani Hidup.
  • Untuk Mendorong Pembaca Senantiasa Mengikut Sertakan Tuhan Dalam Segala Situasi dan Kondisi.
  • Membantu pembaca dalam mengelola kehidupan yang seimbang dalam mengatasi permasalahan stres.

 

PEMBAHASAN

A. Pengertian Stres

Kajian tentang "stres" pertama kali dilakukan oleh Hans Selye pada tahun 1950 dan dipandang sebagai tokoh utama dalam kajian stres. Selye mendefinisikan stres sebagai tanggapan nonspesifik tubuh terhadap tuntutan lingkungan, yang mengacu pada respons fisiologis, yang disebabkan oleh peristiwa stres (stressor) (Li, et al., 2016). 

Sejumlah faktor yang dapat menyebabkan stres, seperti trauma, ketegangan saraf, panas, dingin, kelelahan otot, udara yang tercemar, dan radiasi. Tubuh bereaksi terhadap stres dengan cara yang sama seperti bereaksi terhadap bahaya melalui serangkaian perubahan biokimia yang disebut sebagai Sindrom Adaptasi Umum.

Stres pada dasarnya merupakan konsep yang "netral" dan merujuk pada hal-hal yang sering dialami manusia dalam kesehariannya. Stres adalah bagian dari kehidupan manusia dan setiap orang akan mengalaminya dalam berbagai tingkat, baik yang berskala ringan, sedang, maupun yang berat. 

Vermunt mendefinisikan stres sebagai ketidak sesuaian antara tuntutan lingkungan (stressor) dengan kemampuan seseorang untuk memenuhi tuntutan tersebut sehingga menyebabkan gangguan pada kesehatan fisik maupun mental. Umumnya, orang yang mengalami distress tidak memiliki keterampilan dalam mengelola stres sehingga berdampak negatif pada diri mereka. 

Jika tidak memiliki strategi coping yang tepat, stres dapat berdampak pada kesehatan fisik akibat terjadinya gangguan psikologis yang disebut psiko-somatik atau hilangnya kebahagiaan individu. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengenali gejala awal stres dan mengelolanya dengan benar agar tidak menimbulkan dampak negatif yang berkelanjutan.

Prinsip-prinsip Islam memberikan wawasan penting dalam memahami stres dan memberikan kerangka kerja untuk menghadapi tantangan hidup. Salah satu konsep kunci dalam psikologi Islam adalah Tawakkul, yang menekankan ketergantungan pada Tuhan dan kepercayaan pada rencana ilahi-Nya. 

Dengan Tawakkul, individu dapat merasa tenang karena meyakini bahwa Tuhan mengendalikan segalanya, sehingga mengurangi kecemasan dan ketidak pastian. Selain itu, Islam sangat menekankan kesabaran dan rasa syukur sebagai kebajikan yang dapat membantu individu melewati situasi stres. 

Amalan Sabar mendorong ketekunan dalam menghadapi kesulitan, sedangkan syukur menumbuhkan pola pikir positif dan penghargaan atas nikmat hidup. Mencari bimbingan spiritual melalui doa, permohonan, dan refleksi terhadap ajaran Al-Qur'an juga dianjurkan dalam Islam untuk menjaga kesejahteraan emosional dan kedamaian batin.

B. Psikoterapi Islam Dalam Mengatasi Stres

      Intervensi psikologis berdasarkan ajaran Islam menawarkan pendekatan unik untuk mengelola stres dan meningkatkan kesehatan mental. Praktik mindfulness (kesadaran)  yang merupakan salah satu metode meditasi berakar pada tradisi Islam, seperti Dzikir (mengingat Tuhan) dan kontemplasi terhadap tanda-tanda alam, dapat membantu individu menumbuhkan kesadaran saat ini dan ketenangan batin. 

Metode konseling Islami, yang mengintegrasikan prinsip-prinsip spiritual dan teknik psikologis, memberikan kerangka kerja yang mendukung untuk mengatasi stres dan meningkatkan ketahanan. Dengan menyelaraskan terapi dengan nilai-nilai Islam yaitu kasih sayang, empati, dan tidak menghakimi, individu dapat menerima intervensi yang sensitif secara budaya dan memperkaya spiritual. 

Lebih jauh lagi, penerapan etika Islam, seperti integritas, kejujuran, dan ketulusan, dalam strategi manajemen stres dapat memandu individu dalam mengambil keputusan etis dan menjaga integritas moral dalam menghadapi kesulitan. Psikoterapi  islam  yang  bisa  digunakan  untuk  mengatasi  stres  yaitu dengan sholat, dzikir, dan Al-Quran:

 1.Sholat

Hubungan  seseorang  dengan  Tuhannya ketika sholat akan menghasilkan kekuatan spiritual sangat besar yang memberikan   pengaruh   dan   perubahan   penting   dalam   fisik   dan psikisnya.   Kekuatan   spiritual   ini   seringkali   menghilangkan   stres, menyingkirkan kelemahan dan menyembuhkan berbagai penyakit. 

Melakukan sholat dengan khusyuk, yaitu dengan niat menghadap dan berserah diri sepenuhnya kepada Allah serta meninggalkan segala kesibukan dan masalah hidup, dapat memberikan perasaan tenang, tentram, dan damai. Hubungan yang erat dengan Tuhan selama sholat mampu memberikan kekuatan spiritual yang kuat, yang dapat menghilangkan stres, menguatkan fisik dan psikis, serta menyembuhkan berbagai penyakit. 

Hasil  penelitian  Mohammad  Sabiq  Azam  dan  Zaenal  Abidin menunjukkan bahwa sholat tahajud mengurangi tingkat stres santri secara signifikan, baik dari segi biologis maupun psikologis. Individu yang konsisten menjalankan sholat tahajud cenderung memiliki kontrol diri yang kuat, lebih tenang, sabar, dan mampu mengatasi stres dengan lebih baik daripada mereka yang tidak.

2. Dzikir

 Salah satu usaha untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta adalah  dengan berdzikir. Dzikir bukan hal yang asing bagi orang muslim. Sejak zaman Nabi Muhammad saw. Dzikir digunakan untuk membersihkan hati, menentramkan jiwa, dan mendekatkan diri kepada Allah swt. Selain memperoleh pahala yang besar dari Allah swt, dzikir  memiliki manfaat untuk menangkan jiwa, sebagaimana firman Allah swt. dalam (QS Ar-Ra'd/13: 28).

(Yaitu) Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram 

Dzikir  memiliki  efek  relaksasi  yang  dapat mengurangi  ketegangan  (stres)  dan  mendatangkan  ketenangan  jiwa. Setiap  bacaan dzikir  mengandung  makna  yang  sangat  dalam  yang dapat    mencegah    timbulnya    stres.

Bacaan    yang    pertama    yaitu  Laillahhailallahmemiliki arti  tiada tuhan yang pantas disembah kecuali Allah  SWT, individu  yang  memiliki  kemampuan  spiritualitas yang tinggi  memiliki  keyakinan yang kuat pada tuhannya. Keyakinan ini  menimbulkan kontrol  yang  kuat,  dapat  memaknai  dan  menerima setiap  peristiwa  negatif dengan cara yang lebih positif serta yakin  bahwa  ada  yang  mengatur  setiap  peristiwa  yang  terjadi  di alam  semesta.  Dengan begitu  individu  dapat  mengurangi  ketegangan (stres), mengatasi  masalah  kesehatan  dan  meningkatkan  kekuatan mental dengan cepat[2]. 

Bacaan kedua Astagfirullahaladzim, Menurut Yurisaldi dalam proses dzikir dengan mengucapkan kalimat yang mengandung huruf jahr seperti kalimat tauhid dan istighfar, dapat meningkatkan pengeluaran CO2 dalam paru-paru. [3] 

Bacaan ketiga Subhanallah maha suci Allah, mengakui bahwa Allah adalah Maha Suci dari segala sifat yang tercela dan kelemahan. Mengagumi ciptaan Allah juga mengungkapkan bahwa Allah adalah Maha Suci dan sangat penyayang. Allah adalah Maha Suci dari sifat bakhil karena Dia Maha Pemurah. Oleh karena itu, memelihara pikiran positif setiap saat dapat mencegah respon emosional yang stres.[4]. 

  Bacaan   keempat yaitu  Alhamdulillah, ungkapan rasa syukur  atas  rejeki  yang diberikan Allah.  Menurut Krouse dalam penelitiannya bersyukur  memiliki efek posotif pada  kesehatan karena dapat mengurangi stres pada kesehatan.

 Bacaan kelima yaitu  Allahu Akbar, memiliki arti besarnya kekuasaan Allah. Dengan melafadzkannya maka akan memberikan sikap  optimis, memberikan energi baru dan menhilangkan rasa putus asa ketika menghadapi masalah.[5]

zikir dapat memberikan ketenangan bagi yang mengamalkannya dengan perasaan selalu berada dalam pengawasan Allah swt. Ibadah zikir adalah ibadah yang ringan karena dapat dilaksanakan pada segala kondisi dan dapat dilaksanakan kapanpun dan di manapun. Secara fungsional Zikir dapat merangsang pelepasan endorfin di otak yang menghasilkan perasaan tenang dan damai, serta dapat meningkatkan kekebalan tubuh yang berdampak pada peningkatan kesehatan.

3. Al-Quran

Dalam Penelitian   yang dilakukan oleh Khan menunjukkan    bahwa    membaca Al-Quran dengan menggunakan   visualisasi   dan   sistem   multimedia   dapat memberikan  relaksasi,  mengatasi  kebosanan,  kelelahan,  depresi dan  stres.  Efek  dari membaca  AlQuran  tersebut  berlangsung secara  permanen dan berkesinambungan apabila dilakukan secara rutin.[6] 

Dalam   Al-Quran   terdapat   banyak   nilai-nilai seperti keimanan,  ibadah,  ilmu  pengetahuan dan juga sebagai pedoman hubungan manusia sebagai makhluk sosial.[7] Kandungan yang terdapat dalam  Al-Quran diharapkan  menjadi  motivasi  dan  penyemangat  bagi penderita depresi yang sedang putus asa. 

C. Perinsip Hidup Seimbang Dalam Pengelolaan Stres

1. Pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat

Islam mengajarkan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan kehidupan di akhirat. Sebagai seorang muslim, usaha untuk meraih kebahagiaan di dunia demi kebahagiaan di akhirat berarti ia akan mendapatkan kebahagiaan di kedua tempat tersebut. Dalam pandangan Islam, keberadaan manusia diibaratkan sebagai seorang musafir saat di perjalanan hanya menumpang istirahat sebentar, kemudian melanjutkan kearah tujuan yang akan disinggahi yaitu akhirat. 

Tujuan sementara manusia hidup di dunia adalah untuk memanfaatkan kehidupan dengan berbuat baik, menjalankan perintah Allah dan menjauhi laranganNya, baik harta, kekuasaan, tahta yang diberikan oleh Allah digunakan atau dibelanjakan sesuai yang diajarkan dalam ajaran Islam sebagai persiapan bekal kebutuhan menuju kebahagiaan di akhirat.

Hal ini sesuai dengan firman Allah Swt  dalam (QS. Al-Qosos:77)

Artinya: "Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan".

Allah Swt menginstruksikan umat manusia untuk menggunakan sebagian dari rezeki yang mereka peroleh untuk bersedekah, bukan hanya untuk memuaskan keinginan duniawi. 

Jangan abaikan aturan halal dan haram dalam mengelola hartamu, sehingga kamu dapat beribadah dengan jujur dan baik. Sebagaimana Allah telah memberi banyak harta dengan kebaikan-Nya, jangan gunakan harta itu untuk berbuat zalim di bumi, karena Allah tidak menyukai orang-orang yang melakukan kerusakan.

2. Menjaga keseimbangan mental

Kesehatan mental adalah aspek yang sangat penting untuk menjalani kehidupan yang sehat dan bahagia. Di era yang penuh tekanan dan tuntutan ini, menjaga kesehatan mental menjadi semakin krusial. Ketika kesehatan mental kita terganggu, hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan kita, termasuk hubungan personal, produktivitas kerja, dan kualitas hidup secara keseluruhan. Menjaga keseimbangan emosional menjadi semakin penting agar kita dapat menghadapi tantangan sehari-hari dengan baik. berikut adalah beberapa cara efektif untuk mengelola stres dengan baik:

  • Perencanaan waktu yang efisien adalah salah satu cara untuk mengurangi stres. Dengan mengatur jadwal secara bijak, seseorang dapat mengurangi perasaan terburu-buru dan meningkatkan produktivitas. Mengelola waktu dengan baik memungkinkan fokus pada tugas-tugas mendesak dan mencegah penumpukan pekerjaan yang bisa menimbulkan stres.
  • Olahraga teratur juga sangat penting. Aktivitas fisik yang teratur tidak hanya memberi manfaat untuk kesehatan fisik, tetapi juga memiliki dampak positif pada kesehatan mental. Olahraga dapat mengurangi tingkat stres, meningkatkan suasana hati, dan memperbaiki kualitas tidur.
  • Teknik relaksasi dan meditasi dapat digunakan untuk menenangkan pikiran dan meredakan ketegangan tubuh. Dengan melakukan meditasi secara teratur dapat membantu membangun ketahanan terhadap stres.
  • Menjaga keseimbangan antara kerja dan kehidupan pribadi sangat penting untuk mencegah stres berlebihan. Menetapkan batasan yang jelas antara waktu kerja dan waktu istirahat membantu menjaga keseimbangan diri.
  • Komunikasi efektif dengan orang-orang terdekat juga merupakan kunci dalam mengatasi stres. Berbicara terbuka dapat menjadi saluran penting untuk mengekspresikan perasaan dan mendapatkan dukungan sosial yang diperlukan.
  • Pendekatan positif terhadap masalah juga dapat membantu mengurangi dampak stres. Mengubah cara pandang terhadap situasi stres dan mengembangkan sikap positif terhadap tantangan dapat meningkatkan ketahanan mental. Melihat kesulitan sebagai peluang untuk belajar dapat membuat individu lebih tangguh.

Dengan menerapkan tips ini, individu diharapkan dapat mengelola stres dengan lebih efektif, menjaga kesehatan mental, dan menciptakan gaya hidup yang seimbang. Kesadaran akan pentingnya mengatasi stres secara positif adalah langkah awal menuju kehidupan yang lebih berarti dan produktif. Salah satu kunci untuk menjaga keseimbangan emosi dengan memiliki pemahaman yang baik tentang diri sendiri. Kita  perlu memahami dan menerima perubahan yang terjadi pada dirinya, baik fisik maupun emosional.

PENUTUP

Kesimpulan

Stres adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan yang dapat dialami oleh siapa saja dan kapan saja. Stres pada dasarnya bersifat netral dan tidak akan berdampak buruk jika dikelola dengan dan seseorang memiliki sistem imunitas yang tinggi terhadap stres. Islam mengajarkan pentinya keseimbangan hidup, keseimbangan antara kehidupan spiritual dan duniawi. Al-Qur'an memberikan panduan yang jelas tentang pentingnya menjaga keseimbangan dalam segala hal. Sebagai umat Muslim, kita harus senantiasa memperhatikan keseimbangan dalam setiap aspek kehidupan, serta yang terpenting dapat menyeimbangkan urusan dunia dan akhirat.

Terdapat dua pendekatan utama untuk mengelola stres, yaitu pendekatan Islam dan psikologis. Pendekatan Islam dilakukan dengan sholat, zikir, dan membaca al-Qur'an, sedangkan pendekatan psikologis dilakukan dengan cara mengelola waktu, relaksasi, dan meditasi. Berbagai penelitian menunjukkan kedua pendekatan ini efektif dalam mengurangi ataumenghilangkan beban stres yang dialami seseorang.

Psikologi Islam menawarkan perspektif unik dalam memahami dan mengatasi stres dengan menggabungkan prinsip-prinsip spiritual, praktik mindfulness, dan nilai-nilai etika ke dalam intervensi kesehatan mental. Dengan berpedoman pada ajaran Islam, individu dapat menemukan ketenangan, ketangguhan, dan kedamaian batin dalam menghadapi tantangan hidup. 

Meskipun terdapat tantangan dalam mengintegrasikan psikologi Islam ke dalam bidang kesehatan mental, upaya untuk meningkatkan kompetensi budaya dan kepekaan agama dapat membuka jalan bagi pendekatan yang lebih inklusif dan holistik dalam manajemen stres. Seiring dengan berkembangnya bidang psikologi Islam, perannya dalam meningkatkan kesejahteraan emosional dan mengatasi stres semakin diakui dan dihargai dalam meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan holistik.

Saran

Saran yang dapat diberikan dalam mengatasi stres, individu dapat mempertimbangkan untuk mengadopsi praktik-praktik seperti shalat, dzikir, dan tawakkal sebagaimana yang diajarkan oleh Islam. Dengan melakukan hal ini, mereka dapat menemukan ketenangan dan kebijaksanaan yang dibutuhkan untuk menghadapi tantangan kehidupan sehari-hari. Selain itu, pembacaan Al-Quran juga bisa menjadi pilihan yang bermanfaat dalam mengurangi stres dan mencapai efek relaksasi yang positif.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur'an dan Terjemahnya. (n.d.). Al-Mujamma' al-Malik Fahd li Thab'ah alMushhaf al-Syarf.

Azam,   S.   &   Abidin,   Z.   Efektivitas   Sholat   Tahajud   Dalam   Mengurangi Tingkat  Stres  Santri  Pondok  Islam  Nurul  Amal  Bekasi  Jawa  Barat. Jurnal Empati. Volume 4(1), 154-160. Januari 2015.

Az-Zumaro. Aktivasi  Energi  Doa  dan  Dzikir  Khusus  untuk  Kecerdasan  Super. Yogyakarta : Diva press. 2011.

Baqutayan, S. M. (2015). Stress and Coping Mechanisms: A Historical Overview. Mediterranean Journal of Social Sciences, 6(2S1), 479--488. https://doi.org/10.5901/mjss.2015.v6n2s1p479.

Bogar,   C.B.   &   Killacky,   D.H.   Resiliency   Determinants   and   Resiliency Processes   Ampng   Female   Adult   Survivors   of   Childhood   Sexual Abuse.  American Counseling Association. 84, 318-327. 2006

Krouse, N. Gratitude Toward God, Stress, and Health in Late Llife. Research on Aging  Journal, 28:163. 2006

Li, C.-T., Cao, J., & Li, T. M. H. (2016). Eustress or distress. 1209--1217. https://doi.org/10.1145/2968219.2968309.

Ma'ruf. Konsep Mewujudkan Keseimbangan Hidup Manusia Dalam Sistem Pendidikan Islam. Jurnal Al-Makrifat Vol.4, No.2, Oktober 2019

Maryam, S. (2017). Strategi Coping: Teori Dan Sumberdayanya. JURKAM: Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(2), 101. https://doi.org/10.31100/jurkam.v1i2.12.

Sholeh, M. & Musbikin, I. Agama Sebagai Terapi: Telaah menuju ilmu kedokteran  holistik.Yogyakarta : Pustaka Pelajar. 2005.

Taylor, S.E., Peplau, L.A. & Sears, D.O. Psikologi Sosial. Edisi 12. Alih Bahasa: Wibowo, T. Jakarta: Prenada Media Group.

Yurisaldi. Berzikir Untuk Kesehatan Saraf. Jakarta: Hikaru Publishing. 2018.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun