Suku Yolngu akan memanen teripang dan menjualnya pada pelaut Makassar dengan cara barter. Para pelaut ini membeli teripang dengan memberikan tembakau, beras, juga benda logam seperti kapak, pedang, kait pancing, dan senapan pada suku Yolngu.
Paul Thomas, seorang dosen dari Monash University yang merupakan koordinator Indonesia Studies, mengatakan  jika pelaut Makassar lah yang memperkenalkan logam pertama kali pada orang Aborigin. Sebelumnya, segala alat kerja suku Aborigin terbuat dari batu.
Hubungan antara pelaut Makassar dan orang Aborigin tidak hanya keuntungan ekonomi saja, tapi pertukaran budaya pun terjadi. Salah satu pengaruh kuat dari hubungan ini adalah bahasa. Suku Aborigin mengenal beberapa kata seperti rrothi (roti), prau (perahu), Balanda (Belanda/orang kulit putih).
Selain itu, para pelaut ini juga yang memperkenalkan bendera dan cara membuat perahu kecil yang mereka sebut lipa-lipa.
Hubungan suku Aborigin dengan para pelaut ini bisa langgeng dalam jangka waktu yang lama karena sikap dari para pelaut Makassar itu bersahabat dan memberi manfaat yang signifikan pada suku Yolngu.
Bukti jika suku Yolngu telah kontak dengan pelaut Makassar adalah adanya lukisan kapal pinisi di salah satu gua di Arnhem Land. Dari hasil penanggalan menggunakan radiocarbon yang dilakukan pada lukisan kapal pinisi di gua di Arnhem Land menunjukkan bahwa pelaut Makassar sudah berinteraksi dengan mereka ratusan tahun sebelum James Cook datang.
Hanya saja, belum ditemukan catatan para pelaut dari Makassar yang mengonfirmasi waktu kedatangan mereka di Arnhem Land sehingga belum bisa ada klaim bahwa pelaut pertama yang tiba di Benua Australia adalah pelaut dari Indonesia.
Hubungan baik antara para pelaut dari Makassar dan suku Yolngu harus berakhir pada tahun 1906, setelah pemerintah Australia mewajibkan setiap pelaut untuk memiliki izin atau semacam pajak jika ingin memanen teripang di wilayah perairan Australia. Akhirnya, kapal pinisi dari Makassar tidak pernah datang lagi ke Arnhem Land.
Pada situs resmi film 'Before 1770', dikatakan bahwa film dokumenter itu mengeksplorasi bagaimana kedua budaya ini (Makassar dan Aborigin) berintegrasi melalui perdagangan, bahasa, seni, pendidikan, dan perkawinan selama berabad-abad. Film 'Before 1770' menantang narasi yang diajarkan pendidikan Australia dan menggali kisah yang tidak diceritakan tentang pertukaran budaya antara Aborigin dan Indonesia.