Terakhir mas Isjet menekankan agar penulis jangan pernah berpuas diri atas kemampuan yang dimiliki. Teruslah belajar agar tulisan kita semakin hari semakin menginspirasi. Penulis yang cepat merasa puas apalagi hanya memikirkan keuntungan materi dijamin akan sulit menjadi penulis mahakarya.
Uniknya, tugas penulis di Kompasiana tinggal menulis saja tanpa perlu mempromosikan tulisan. Pun Kompasiana menyediakan editor khusus bagi tulisan yang headline. Meskipun menampung tulisan dari berbagai lapisan masyarakat, Kompasiana tetap memberikan jaminan kalau tulisan yang disajikan kepada pembaca adalah tulisan yang bagus. Caranya, Kompasiana memberikan label tulisan “pilihan” dan “headline” untuk tulisan-tulisan yang berkualitas.
Pun penulis telah diberikan verifikasi hijau dan biru yang bertujuan untuk memudahkan pembaca dalam mengetahui reputasi dan dedikasi seorang penulis. Satu hal yang membuat saya tertarik menulis di Kompasiana adalah kenyataan kalau pembaca Kompasiana telah mencapai 30.000.000 pembaca setiap bulannya dengan artikel yang masuk setiap hari mencapai ratusan tulisan. Artinya, peluang tulisan saya akan dibaca banyak orang tentu lebih besar.
Menemukan Jati Diri dalam Tulisan
Mbak Yayat menuturkan hendaknya kita menulis mengikuti aliran hasrat hati kita. Tulislah apa yang ingin ditulis. Penulis pemula sebaiknya tidak perlu memikirkan kelak akan menjadi blogger spesialis bidang tertentu. Lebih baik mengalir saja terlebih dahulu sebab pada akhirnya akan menemukan sendiri spesialisasi atau positioning yang paling tepat.
Mbak Yayat yang adalah fans berat dan sekaligus penulis khusus MotoGP ini mengungkapkan kalau blogger memiliki sudut pandang penulisan yang jauh lebih kaya daripada jurnalis. Jurnalis misalkan fokus kepada proses balapan MotoGP namun blogger bisa menuliskan dari berbagai sisi misalkan mengenai kehebohan fans Valentino Rossi atau kebahagiaan seorang penonton yang baru pertama menonton MotoGP.
Intinya, apa pun yang ingin dituliskan oleh penulis akan mengalir dengan sendirinya asalkan memang blogger tersebut menikmati kejadian yang dialami. Artinya, sepanjang penulis mencintai topik penulisan maka pembaca pun bisa menikmati tulisan seolah mengalami sendiri apa yang disampaikan penulis. Sebaliknya, bila penulis memaksakan satu topik tertentu untuk dituliskan maka pembaca pun biasanya juga akan merasakan kering ketika membaca tulisan itu.
Saya pun menarik kesimpulan dari apa yang disampaikan mbak Yayat yaitu sesuatu yang ditulis dari hati akan mampu menyentuh hati. “Jadi, teruslah menulis maka kelak passion akan ditemui” ungkap mbak Yayat menutup penuturannya. Demikianlah laporan saya mengenai acara Kompasiana yang bertemakan “Saatnya Warga Menulis" yang dimoderatori oleh Mas Rizky Saragih ini. Semoga kita berani menulis berlandaskan kejujuran dan kebenaran karena kepedihan akibat menyatakan kebenaran itu lebih baik daripada rasa manis akibat sebuah kebohongan.
Salam,
Rahayu Damanik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H