Mohon tunggu...
Rahayu Damanik
Rahayu Damanik Mohon Tunggu... Administrasi - Ibu Rumah Tangga

Best in Specific Interest Kompasianival 2016

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Guru Ada yang LGBT] Jangan Larang LGBT Masuk Kampus!

22 Februari 2016   00:11 Diperbarui: 22 Februari 2016   09:29 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Salam,

Rahayu Damanik

 

Komentar yang masuk ke artikel sebelumnya:

1. Yon Bayu

Wah, Ito ternyata berani juga. bakalan banjir serangan nih hehehe....

2. Zulkifli Harahap

LGBT ada di mana-mana. LGBT ii, khususnya pelegalan perkawinan sejenis, menjadi riuh tidak lebih hanya karena Amerika Serikat negara kapir itu melegalkannya baru-baru ini. Sebelumnya, banyak negara yang telah melegalkannya, tetapi bangsa yang bukan kapir ini diam seribu bahasa. Demikian juga ketika seorang pangeran Timteng tertangkap akibat tindakan LGBT di Inggris, manusia penghuni belas Hindia Belanda ini diam juga. Dua tahun lalu, sekolah (SD) anak saya heboh, apa pasal? Heboh karena guru olah raganya ketahuan menggerayangi salah seorang muridnya. Ini satu bukti takterbantahkan bahwa otot kencang dan kegiatan kelelakian itu bukan jaminan (apalagi) obat anti-LGBT, seperti yang banyak dituliskan beberapa K'ner yang mendadak jadi pengamat LGBT.

Saya juga mengenal seorang atlet marathon yang telah berhasil merebut sejumlah piala bergilir (artinya berhasil sebagai juara pertama beberapa kali dikalikan dengan tiga), tetapi gerak tubuh tetap saja kelihatan agak kemayu. Ketika saya masih SMP saya diajaknya tidur di rumahnya. Karena dia baru saja pulang setelah merantau lima tiga tahun dan ke-LGBT-annya masih sangkaan, saya pun setuju. Eee . . . begitu tiba saatnya "manuk" berkokok, saya merasakan manuknya itu telah terselip menyentuh selangkangan saya, walaupun masih disekat oleh celana dan sarung saya serta sarungnya. Karena sangat mengidolakannya, saya berpikir keras bagaimana caranya agar selangkanan saya terbebas. Saya berpura-pura menggeliat sambil berguling menjauhi dia. Setelah itu saya tobat dekat-dekat dengannya.

Mungkin karena tidak ada pelampiasan, dia terpaksa mengorbankan marwahnya kepada saudaranya. Berbeda dengan teman-teman LGBT saya yang kerjanya berburu "manuk," walaupun telah bergaul dan sering tidur berhamparan dengan mereka di ruang sempit, tidak satu pun yang pernah bertangan gratil terhadap saya. Ibarat macan, pada dasarnya hewan ini tidak mau memangsa manusia, kecuali jika terdesak karena kelaparan; ini sudah menjadi persoalan hidup-mati. Yang melarang-larang itu merupakan manusia-manusia yang dalam keluarganya tidak ada seorang banci yang sunnatulah merupakan bawaan lahir dan bukan merupakan pilihannya seperti yang dikoarkan oleh pengamat LGBT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun