Singkat dan padat. Dendy segera beranjak dari tempatnya berdiri lalu masuk dan mengemudikan mobilnya.
Ia menepikan mobilnya dan memilih kursi luar. Ia menunggu Ghea, takut kalau Ghea kabur dan tak bersedia mampir.
Dengan berat hati dan hati bercampur aduk, Ghea mengikuti Dendy. Ia memarkirkan mobilnya tepat disamping mobil Dendy.
"Huft" Ghea menghela nafas perlahan. Ia melihat Dendy dan berjalan menuju arah meja tempat Dendy duduk.
"Silahkan duduk." Dendy menarik kursi di depannya untuk Ghea.
Dendy sudah memesan dua cangkir teh dan juga dua Marble Cake.
"Maaf untuk kejadian pagi ini." Kata Dendy dengan suara pelan setelahnya meneguk tehnya.
Ghea tak menatap ke arah depan. Ia fokus menatap layar ponselnya.
"Tidak perlu dipermasalahkan lagi, Pak. Saya bisa menangani." Kata Ghea. Ia menarik kursi lalu merogoh kunci mobilnya dari sakunya.
"Ghea Putria, saya belum lupa kalau kamu punya trauma atas kecelakaan."
Air mata Ghea menetes. Ia teringat kembali pada peristiwa kecelakaan yang pernah menimpanya tujuh tahun yang lalu.