Oh, ternyata itu Bapak si balita tersebut. Tanpa berbicara panjang, kami hanya tersenyum dan menjawab,
"Mohon maaf, Bapak, kami relawan yang melakukan survei terkait surat bantuan pengobatan yang Bapak ajukan beberapa waktu lalu."
Beliau hanya tersenyum kecut.
Di tengah perjalanan, kami hanya bisa geleng- geleng kepala. Nyatanya, rumah sebagus itu masih mengaku menjadi orang miskin.
"Terus, bagaimana dengan kita?" sahut teman saya.
Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.
Lantas kami melanjutkan perjalanan untuk pulang.
Bubulan, 21 Juli 2021.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2HBeri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!