Mohon tunggu...
Rahayu Lestari Putri
Rahayu Lestari Putri Mohon Tunggu... Penulis - Nulis, Ngereview Buku, Penikmat Musik dan Suka Hal- Hal Baru.

Learn To Be Good.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Perihal Kejujuran

21 Juli 2021   21:33 Diperbarui: 21 Juli 2021   21:48 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Ada pepatah mengatakan, "berkata jujurlah, meski pahit." Nyatanya, berkata jujur tidak semudah yang diungkapkan. Ada kalanya, jujur akan membawa kedamaian hidup. Ada pula yang berpendapat, "zaman sekarang masih jujur? ya ajur." Begitu katanya. Kalimat yang sering terdengar di telinga.

Hari Senin, 19 Juli 2021, aku dan temanku menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Tujuan utama kami di Tadahan, Krondonan Kecamatan Gondang. Jika diukur, ya sekitar 70km. Yakni dari Bubulan ke Bojonegoro langsung menuju ke lokasi. Berarti, kalau PP sekitar 140km. Waktu itu pas puasa arafah. "Semoga lancar puasa hari ini," pikirku.

Kami berangkat untuk mensurvei ajuan balita sakit kronis. Sesuai dengan suratnya, balita tersebut menderita penyakit liver yang lumayan akut. "Semoga selamat sampai tujuan," gumamku dalam hati. Tak lupa juga aku membaca do'a naik kendaraan.

Di tengah perjalanan, kami melewati jalan terjal. Jembatan yang putus hingga melewati sungai dengan air yang dangkal. Pemandangan yang begitu indah. Ditambah pula gunung- gunung yang menjulang. Bukit- bukit yang berjejer, semakin menambah kekagumanku pada Sang Pencipta. Tadabbur Alam.

Sekitar kurang lebih dua jam, kami sampai tujuan. Sebelumnya, beberapa kali kami berhenti untuk bertanya- tanya tentang alamat yang kami tuju. Alamat si balita tersebut. Hingga akhirnya, arahan- arahan warga membawa kami ke lokasi.

Sampai lokasi, kami sempat kaget. Mustahik yang kami kunjungi ternyata layaknya muzakki. Rumahnya mewah. Memiliki mobil mewah pula. Bahkan, di antara warga sekitar, beliau termasuk orang terkaya. Sayang sekali. Padahal, sesuai pengajuannya, beliau memiliki Surat Keterangan Tidak Mampu.

Memang benar, ada balita yang sakit kronis. Tapi, peralatan yang ada ditubuhnya sangat lengkap. Mulai selang makanan dan sebagainya. Sungguh, kasihan rasanya. Tapi alhamdulillah, ia sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik bahkan terbaik dari keluarganya.

Tanpa berpikir lama, kami melakukan survei. Ada pedoman berupa kuesioner yang mesti kami isi sesuai prosedur. Setelah dirasa cukup, kami pun berpamitan pulang.

Baru sampai di depan pintu, seorang pria menatap kami.

"Lo, ditekani bakul opo, iki?"

"Rene enek opo, arep dodolan opo?"

Oh, ternyata itu Bapak si balita tersebut. Tanpa berbicara panjang, kami hanya tersenyum dan menjawab,

"Mohon maaf, Bapak, kami relawan yang melakukan survei terkait surat bantuan pengobatan yang Bapak ajukan beberapa waktu lalu."

Beliau hanya tersenyum kecut.

Di tengah perjalanan, kami hanya bisa geleng- geleng kepala. Nyatanya, rumah sebagus itu masih mengaku menjadi orang miskin.

"Terus, bagaimana dengan kita?" sahut teman saya.

Aku hanya tersenyum dan menggelengkan kepala.

Lantas kami melanjutkan perjalanan untuk pulang.

Bubulan, 21 Juli 2021.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun