Mohon tunggu...
Ancha Hardiansya
Ancha Hardiansya Mohon Tunggu... Freelance Journalist -

Kau ciptakan malam, tapi kubuat lampu, Kau ciptakan lempung, tapi kubentuk cepu, Kau ciptakan gurun, hutan dan gunung, kuhasilkan taman, sawah dan kebun...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menunggu Taman Surga di Makassar

30 September 2015   19:04 Diperbarui: 30 September 2015   19:04 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun Basri menolak aggapan bahwa reklamasi Pantai Losari hanya merusak ekosistem laut. "Kita juga tak boleh memungkiri bahwa perubahan Pantai Losari telah membawa dampak cukup besar bagi tatanan sosial orang-orang Makassar," katanya mencoba melawan argumentasi Aries.

Basri melihat, kehadiran Pantai Losari dengan wajah baru dan lebih besar menjadi pilihan lain bagi masyarakat untuk berkumpul dan bersosial. Apalagi di Pantai Losari disediakan sarana dan prasarana penunjang seperti Masjid Terapung (Masjid Al Amin Makassar) dan toilet umum. "Ini mempresepsikan bahwa pemerintah peduli dengan ruang terbuka publik dan ingin melihat masyarakat lebih religius," katanya.

"Saya setuju dengan Basri," timpal Udin sambil menyeruput kopi satu tegukan. "Tapi Basri juga harus setuju, bahwa Pantai Losari belum bersahabat dengan pengunjung," tambahnya.

Udin mengangkat data-data empiris yang memperlihatkan belum ramahnya Pantai Losari dengan pendatang. Selain maraknya premanisme di tempat ini, pengunjung juga belum nyawan berlama-lama karena sering dibuntuti oleh pengamen dan pengemis. "Mereka bahkan kadang memaksa dengan nada mengintimidasi," kata Udin.

Udin juga mengutip perkataan Wakil Presiden Jusuf Kalla saat meresmikan pertama kali Anjungan Pantai Losari 12 Desember 2012 silam. Saat itu JK belum menjabat Wakil Presiden setelah duetnya dengan Susilo Bambang Yudiono berakhir di 2009. Kala itu, Kalla menegaskan agar budaya malu juga turut ditumbuhkan oleh pemerintah.

Ada budaya yang berkembang di orang-orang Makassar yang dampaknya cukup buruk. Yakni budaya ingin dilayani. Inilah yang coba diungkapkan oleh Jusuf Kalla, saat itu. Udin menilai, ruang publik yang tersedia tidak akan berumur panjang kalau masyarakat tidak sadar bagaimana merawatnya.

Masih banyak orang-orang yang menggunakan sarana publik dengan enteng membuang sampah sembarangan. Padahal di tempat itu terdapat tempat sampah. Lampu atau sarana lain juga menjadi sasaran pengrusakan, padahal lampu dan lain-lainnya tidak pernah mengganggunya.

"Orang-orang selalu menunggu agar pemerintah melayaninya, tanpa mau menjaga apa yang telah dibuat oleh pemerintah," kata mahasiswa Sosial Politik di Universitas Hasanuddin ini.

Udin mengurai semua itu dengan nada yang mantap. Suaranya membuat saya dan teman-teman lainnya terdiam sejenak memikirkan hal itu.

Tak lama kemudian, Basri juga mengangkat pernyataan bahwa taman-taman di Makassar saat malam tiba berubah menjadi tempat esek-esek. Didukung pula dengan penerangan taman yang minim (karena sering dirusaki), membuat banyak taman semakin nikmat buat muda mudi yang niatnya berbuat mesum.

Aries tiba-tiba mengeluarkan ide brilian yang mungkin sulit dipenuhi oleh Pemerintah Kota Makassar. Pemerintah diminta membuat satu taman syariah. Taman syariah ini bukan berarti harus mengandung unsur islami. Tapi fungsi dan peruntukan taman ini bisa lebih memanusiakan manusia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun