Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Seabad Pramoedya: Saya (Masih) Hidup di Dalam 'Rumah Kaca'

2 Februari 2025   07:00 Diperbarui: 2 Februari 2025   04:28 53
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pramoedya, dengan kepiawaiannya dalam menyusun plot dan karakter, menghadirkan sejarah dalam bentuk yang lebih hidup dan manusiawi, bukan hanya sebagai catatan masa lalu, tetapi sebagai proses berkelanjutan yang menghidupkan memori dan pengalaman.

Rumah kelahiran Pram merangkap Perpustakaan Pataba (PAT Anak Semua Bangsa) kini dikelola Soesilo Toer, adik Pram (Foto: jeo.kompas.com)
Rumah kelahiran Pram merangkap Perpustakaan Pataba (PAT Anak Semua Bangsa) kini dikelola Soesilo Toer, adik Pram (Foto: jeo.kompas.com)

Saya (masih) hidup di dalam Rumah Kaca modern

Di luar konteks Indonesia pascakemerdekaan, Rumah Kaca juga dapat dilihat sebagai cerminan dari kondisi sosial dan politik yang lebih luas.

Di dunia yang semakin terhubung ini, kita menyaksikan fenomena di mana kekuasaan dan ideologi kembali mengendalikan pemikiran individu melalui media, teknologi, dan struktur sosial yang kompleks.

Seperti orde baru yang menyelewengkan fungsi-fungsi strategis tempur komando-komando teritorial dari tingkat kodam, korem, kodim, hingga koramil, hanya untuk sekadar mengawasi tingkah-polah rakyatnya sendiri. Begitu juga dengan UU ITE. Sebelas-duabelas.

Tentang orde baru, Stuart Hall (1997) menggambarkannya secara bernas, bahwa kekuasaan dapat mengontrol representasi budaya hingga narasi sejarah.

Melalui rumah yang terbuat kaca, semua dapat dilihat, diawasi, dan dikendalikan. Freedom of speech ternyata juga masih harus menghadapi ancaman penjara.

Saya, Anda, kita semua sesungguhnya sedang terperangkap dalam ilusi kebebasan yang diciptakan oleh kekuasaan, kita juga terjebak dalam citra dunia yang dibentuk oleh narasi besar yang dikendalikan oleh kepentingan segelintir elit, oligark.

Dalam hal ini, Rumah Kaca menjadi relevan untuk dibaca kembali oleh generasi yang menghadapi tantangan globalisasi, kemajuan teknologi, dan sistem politik yang seringkali lebih memperlihatkan wajah canggih daripada memperlihatkan kebenaran.

Pramoedya mengingatkan kita bahwa kebebasan sejati tidak akan datang dari luar, tetapi harus dimulai dari kesadaran individu yang berani menembus kaca tersebut, untuk melihat dunia dan diri mereka dengan jujur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun