Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Perayaan Imlek dan Mitos Hujan yang Menyertainya

28 Januari 2025   18:02 Diperbarui: 28 Januari 2025   18:02 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di Indonesia, Imlek telah menjadi bagian penting dari kehidupan sosial masyarakat Tionghoa sejak kedatangan imigran Tionghoa pertama di Nusantara pada abad ke-13 hingga ke-16.

Perayaan ini berlangsung selama 15 hari, dimulai dengan malam Imlek dan diakhiri dengan Cap Go Meh (Lindawati & Yuwanto, 2024).

Tradisi ini mencakup berbagai ritual seperti makan malam bersama keluarga, sembahyang kepada leluhur, serta berbagai pertunjukan budaya seperti tarian liong dan barongsai

Selepas Reformasi 1998, Imlek kembali diperkenalkan sebagai hari libur nasional dan mendapat pengakuan sebagai bagian dari budaya Indonesia yang pluralistik.

Seiring dengan kebebasan berekspresi yang lebih terbuka, perayaan Imlek tidak hanya dirayakan oleh masyarakat Tionghoa, tetapi juga oleh masyarakat Indonesia secara umum yang ingin merasakan keunikan budaya Tionghoa.

Mitos Hujan dan Pandangan Ilmiah

Fenomena hujan yang sering terjadi saat perayaan Imlek telah menjadi bagian dari mitos yang diyakini oleh banyak orang.

Masyarakat percaya bahwa hujan pada saat Imlek merupakan simbol berkah dan kesuburan.

Penjelasan ilmiah menunjukkan bahwa periode awal tahun baru Cina bertepatan dengan perubahan musim dari dingin ke semi di belahan bumi utara, yang dapat menyebabkan peningkatan curah hujan.

Dalam penelitian yang dilakukan oleh beberapa ahli etnografi dan budaya, hujan selama Imlek sering dipandang sebagai lambang "keberkahan".

Salah satu studi yang diterbitkan oleh jurnal Asian Culture and History (2015) mengungkapkan bahwa hujan yang turun di hari pertama Imlek dianggap sebagai pertanda positif yang berkaitan dengan kelimpahan dan kesejahteraan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun