Forbes bahkan mendapuk Gibran Huzaifah (Founder & CEO eFishery) ke dalam laporannya bertajuk "Forbes 30 Under 30 Asia: Industry, Manufacturing & Energy."
Dia disejajarkan dengan Srikant Bolla mahasiswa tunanetra internasional pertama di MIT, pendiri Bollant Industries yang mempekerjakan dan melatih individu berkebutuhan khusus. Kisah hidupnya ditayangkan di Netflix.
Namun, di balik kesuksesan yang diraih eFishery bersama Gibran, ada beberapa isu yang perlu dikaji lebih dalam, termasuk tantangan yang dihadapi dalam proses transformasi digital dan dampaknya terhadap ekosistem industri perikanan.
Awal Skandal itu Muncul
e-Fishery, yang didirikan untuk meningkatkan efisiensi dalam budidaya ikan melalui teknologi, dilaporkan melakukan pemalsuan laporan keuangan sejak 2018.
Menurut hasil audit yang bocor (Setyowati, Desy: 2025), perusahaan ini diduga telah menggelembungkan pendapatan hingga mencapai sekira US$600 juta setara dengan Rp9,8 triliun (kurs Rp 16.331 per US$).
Laporan internal menunjukkan bahwa e-Fishery sebenarnya mengalami kerugian yang signifikan, berbeda jauh dari laporan eksternal yang menunjukkan keuntungan.
Kecurangan eFishery dilakukan dengan modus operandi sebagai berikut:
1. Laporan Keuangan Ganda:Â e-Fishery memiliki dua versi laporan keuangan---internal dan eksternal. Laporan internal mencatat pendapatan jauh lebih rendah dibandingkan dengan versi eksternal.
2. Klaim Fasilitas Pakan:Â Mantan CEO Gibran Huzaifah mengklaim bahwa perusahaan memiliki lebih dari 400.000 fasilitas pakan, padahal jumlah sebenarnya hanya sekitar 24.000.
Dampak Sistemik pada Ekosistem Startup