Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Suatu Hari, Prabowo di Atas Podium

14 Januari 2025   14:34 Diperbarui: 14 Januari 2025   14:56 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Jika Prabowo mulai terlihat ingin menutup pidatonya, kami serempak memintanya untuk menambah waktu dan melanjutkan pidatonya. Tak terasa pidato di atas podium itu sudah berjalan selama 3 jam lamanya.

Prabowo adalah satu dari sedikit ahli orator yang pernah dimiliki Indonesia. Singa Podium yang bisa mempengaruhi dan menggerakan rakyatnya. Tak banyak pemimpin masa kini yang memiliki kemampuan semacam itu.

Dulu kita mengenal HOS Tjokroaminoto, Semaoen, Tan Malaka, Bung Tomo, Jenderal AH Nasution, dan yang tak kalah populer adalah Soekarno.

Prabowo adalah satu dari sedikit Singa Podium yang pernah dimiliki bangsa ini.

Penulis menjadi pembicara dalam sebuah sesi kaderisasi (Foto: Dok. Pribadi)
Penulis menjadi pembicara dalam sebuah sesi kaderisasi (Foto: Dok. Pribadi)

Penutup

Sampai di sini imajinasi saya tentang tokoh-tokoh besar itu berhenti sesaat. Namun, daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambaran isi pidato Prabowo berdasarkan kenyataan itu tak pernah berakhir.

Dengan imajinasi, saya membentuk sebuah pengharapan, keberanian, loyalitas dan sebuah kebanggaan paling terhormat bahwa perjuangan ini belum selesai.

Di akhir pidato Prabowo mengucapkan satu kalimat yang akan terus saya ingat sampai sekarang: "Kalau kau didalam hatimu berpikir bahwa kau mungkin kalah, sesungguhnya kau sudah kalah!"

Begitulah, kadang petarung itu kalah, kadang jatuh, kadang terjungkal, itu biasa. Yang penting bukan jatuhnya, tapi bagaimana kau berdiri dan bangkit kembali. Jatuh 7 kali, bangkit 8 kali.*

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun