Bennis mengajarkan para pemimpin untuk memaksimalkan kebajikan mereka, memperbaiki
kesalahan mereka, menghadapi perubahan dengan sukses, dan mencintai pekerjaan mereka. Para pemimpin akan menang, begitu pula organisasi mereka: Bennis menganjurkan kepemimpinan kolaboratif yang memberdayakan karyawan dan meningkatkan efektivitas organisasi [Max De Pree, penulis Memimpin Tanpa Kekuasaan]
Warren Bennis (1925-2014), adalah seorang pionir dalam studi kepemimpinan, menerbitkan buku "Why Leaders Can't Lead: The Unconscious Conspiracy" pada tahun 1976 melalui penerbit AMACOM.Â
Buku ini menjadi salah satu karya penting yang membahas tantangan yang dihadapi oleh para pemimpin dalam konteks organisasi modern.Â
Dalam buku ini, Bennis mengemukakan bahwa keberhasilan kepemimpinan tidak hanya bergantung pada kemampuan individu pemimpin, tetapi juga pada dinamika hubungan antara pemimpin dan pengikutnya.
Latar Sejarah dan Konteks
Buku ini muncul pada saat di mana dunia bisnis dan organisasi sedang mengalami transformasi besar. Bennis berargumen bahwa banyak pemimpin gagal karena mereka tidak memahami dinamika psikologis yang mendasari perilaku manusia dalam konteks kepemimpinan.Â
Bennis mengidentifikasi adanya "persekongkolan tak sadar" yang menghalangi pemimpin untuk berfungsi secara efektif, di mana norma-norma dan kebiasaan yang telah ada sering kali menghambat inovasi dan adaptasi.
Dalam konteks sejarah, Bennis dikenal sebagai salah satu tokoh yang memperkenalkan pendekatan humanistik dalam kepemimpinan.Â
Ia menantang paradigma tradisional yang lebih bersifat otoriter, dengan menunjukkan bahwa pemimpin yang sukses adalah mereka yang mampu membangun hubungan yang kuat dengan pengikutnya.Â
Hal ini sejalan dengan perkembangan teori kepemimpinan yang lebih demokratis dan partisipatif pada tahun 1970-an.Â
Bennis juga menghubungkan gagasannya dengan perubahan sosial dan ekonomi pada masa itu, di mana organisasi mulai beralih dari struktur hierarkis menuju model yang lebih fleksibel dan kolaboratif.Â
Menurut pandangan Bennis bahwa pemimpin perlu menyadari dan memahami konteks sosial serta emosional dari tim mereka untuk dapat memimpin secara efektif.
"Persekongkolan tidak sadar"
Bennis berargumentasi bahwa banyak pemimpin saat ini terjebak dalam apa yang ia sebut sebagai "persekongkolan tidak sadar," di mana mereka gagal untuk memahami atau merespons kebutuhan dan harapan pengikut mereka.Â
Hal ini menyebabkan ketidakmampuan mereka untuk memimpin secara efektif.Â
Tanpa disadari, ada kondisi-kondisi tertentu yang dapat melemahkan kontrol seorang pemimpin atas situasi yang sedang mereka hadapi.Â
Pemimpin yang kehilangan kontrolnya, akan terombang-ambing kehilangan visi kepemimpinannya sendiri.Â
Pemimpin yang demikian, pada akhirnya kehilangan kualitas-kualitas dasar kepemimpinan: integritas, dedikasi, kemurahan hati, kerendahan hati, keterbukaan, dan yang tidak kalah penrting adalah creativity (kreatifitas).
Bennis menyebut kondisi tersebut sebagai 'persekongkolan tak sadar', mewujud dalam bentuk kombinasi situasional: patologi birokrasi yang mengakar, krisis sosial yang tidak menyenangkan, dan rutinitas yang mematikan pikiran.Â
'Kesadaran manusia ditentukan oleh keadaan sosialnya', begitulah kira-kira Karl Marx menggambarkan kondisi yang dibayangkan oleh Bennis. Manusia dipengaruhi beragam keadaan sosial yang saling berkelindan; perubahan budaya, sosial, politik, dan ekonomi.
Menarik Pelajaran
Dalam buku ini, Bennis menyajikan berbagai contoh nyata dari kegagalan kepemimpinan dan memberikan wawasan tentang bagaimana pemimpin dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.Â
Bennis menekankan pentingnya kesadaran diri, komunikasi terbuka, dan keberanian untuk berubah sebagai kunci untuk mengatasi tantangan kepemimpinan.
Bennis juga membahas bagaimana pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan individu dan kolektif, serta pentingnya membangun kepercayaan di dalam tim.
Dengan pendekatan yang reflektif dan aplikatif, ia memberikan panduan bagi para pemimpin untuk memahami dinamika interpersonal yang kompleks dalam organisasi.
Setidaknya ada tiga pelajaran penting dari buku ini, yaitu:
1. Kepemimpinan sebagai Hubungan: Bennis menekankan bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar posisi atau jabatan, melainkan sebuah hubungan yang dinamis antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin yang efektif harus mampu membangun kepercayaan dan komunikasi yang terbuka dengan pengikutnya.
2. Krisis Kepemimpinan: Bennis mengidentifikasi adanya krisis kepemimpinan global, di mana banyak pemimpin tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Ia berargumen bahwa untuk mengatasi krisis ini, pemimpin harus memahami konteks sosial dan budaya di mana mereka beroperasi.
3. Peran Pengikut: Dalam pandangan Bennis, pengikut memiliki peran yang sama pentingnya dengan pemimpin. Ia menyatakan bahwa kualitas kepemimpinan sering kali mencerminkan kualitas pengikut. Jika pengikut tidak aktif atau terlibat, maka pemimpin akan kesulitan untuk memimpin dengan efektif.Â
Pemimpin yang efektif adalah tidak sekadar terpengaruh oleh arus perubahan lingkungan, lalu tunduk pada keadaan sosialnya. Tetapi ia harus bisa menantang dan menguasai lingkungan dengan jalan mengubahnya dengan cara yang mendasar.Â
Langkah pertamanya adalah menolak untuk dikendalikan orang lain dan memilih untuk mengendalikan diri sendiri.
Herman B. Wells, seorang profesor dari Universitas Indiana, membuat sebuah analogi yang sangat menarik. Dia mengatakan bahwa:
"Seorang pemimpin seharusnya manusia yang mempunyai stamina fisik seorang atlet Yunani, memiliki kelicinan Machiavelli, kebijaksanaan seperti Raja Sulaiman, dijiwai keberanian seperti seekor singa, dan terutama ia harus mempunyai 'perut seekor kambing'."
Hari ini di era yang penuh dengan ketidakpastian dan perbuhan yang bergerak terlalu cepat, sepertinya tak banyak pemimpin yang memiliki klasifikasi seperti yang dibayangkan oleh Herman Wells.
"Why Leaders Can't Lead" adalah karya yang memiliki pengaruh sosial yang besar pada perkembangan selanjutnya, yang tidak hanya menggambarkan masalah dalam kepemimpinan tetapi juga menawarkan solusi praktis.
Dengan menekankan pentingnya kesadaran akan dinamika psikologis dan sosial, Bennis memberikan kontribusi signifikan terhadap pemikiran modern tentang kepemimpinan.
Buku ini tetap relevan hingga hari ini, memberikan panduan bagi para pemimpin untuk memahami dan mengatasi tantangan dalam lingkungan kerja yang terus berubah.
Meskipun ada beberapa kritik terhadap pendekatannya, buku ini tetap menjadi referensi penting bagi siapa saja yang tertarik dalam bidang manajemen dan kepemimpinan.
Indonesia sudah memiliki pemerintahan baru dengan kepemimpinan nasional yang kuat, Prabowo-Gibran. Pemimpin daerah tak lama lagi akan segara dilantik. Harapan besar ada di pundak mereka.
Jangan pernah hilang harapan, seperti kata Tolstoy, 'harapan adalah impian yang terjaga'.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H