Bennis juga menghubungkan gagasannya dengan perubahan sosial dan ekonomi pada masa itu, di mana organisasi mulai beralih dari struktur hierarkis menuju model yang lebih fleksibel dan kolaboratif.Â
Menurut pandangan Bennis bahwa pemimpin perlu menyadari dan memahami konteks sosial serta emosional dari tim mereka untuk dapat memimpin secara efektif.
"Persekongkolan tidak sadar"
Bennis berargumentasi bahwa banyak pemimpin saat ini terjebak dalam apa yang ia sebut sebagai "persekongkolan tidak sadar," di mana mereka gagal untuk memahami atau merespons kebutuhan dan harapan pengikut mereka.Â
Hal ini menyebabkan ketidakmampuan mereka untuk memimpin secara efektif.Â
Tanpa disadari, ada kondisi-kondisi tertentu yang dapat melemahkan kontrol seorang pemimpin atas situasi yang sedang mereka hadapi.Â
Pemimpin yang kehilangan kontrolnya, akan terombang-ambing kehilangan visi kepemimpinannya sendiri.Â
Pemimpin yang demikian, pada akhirnya kehilangan kualitas-kualitas dasar kepemimpinan: integritas, dedikasi, kemurahan hati, kerendahan hati, keterbukaan, dan yang tidak kalah penrting adalah creativity (kreatifitas).
Bennis menyebut kondisi tersebut sebagai 'persekongkolan tak sadar', mewujud dalam bentuk kombinasi situasional: patologi birokrasi yang mengakar, krisis sosial yang tidak menyenangkan, dan rutinitas yang mematikan pikiran.Â
'Kesadaran manusia ditentukan oleh keadaan sosialnya', begitulah kira-kira Karl Marx menggambarkan kondisi yang dibayangkan oleh Bennis. Manusia dipengaruhi beragam keadaan sosial yang saling berkelindan; perubahan budaya, sosial, politik, dan ekonomi.
Menarik Pelajaran