Perlombaan Global dalam Pengembangan AI
Negara-negara besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan negara-negara anggota Uni Eropa sedang berlomba-lomba untuk mengembangkan dan menerapkan teknologi AI.
Masing-masing negara memiliki pendekatan yang berbeda: AS menekankan liberalisasi AI, Tiongkok dengan pendekatan kedaulatan AI, dan Uni Eropa berfokus pada regulasi.
Perlombaan ini tidak hanya berkaitan dengan keuntungan ekonomi tetapi juga dengan supremasi teknologi dan pengaruh geopolitik.
Amerika Serikat, saat ini merupakan pemimpin global dalam pengembangan AI, dengan anggaran federal untuk penelitian dan pengembangan AI mencapai lebih dari US$1,5 miliar per tahun.
Perusahaan-perusahaan seperti Google, OpenAI, dan IBM sangat aktif dalam pengembangan teknologi AI. Google dengan produk seperti Bard dan OpenAI dengan ChatGPT adalah contoh nyata dari inovasi yang didorong oleh investasi besar dalam penelitian AI.
Tidak mau kalah dari Amerika Serikat, Tiongkok berinvestasi secara agresif dalam AI, dengan rencana untuk menjadi pemimpin global di bidang ini pada tahun 2030. Anggaran pemerintah Tiongkok untuk AI diperkirakan mencapai sekitar US$150 miliar selama dekade ini.
Perusahaan-perusahaan seperti Alibaba, yang menggunakan AI untuk mengoptimalkan rantai pasokan, dan Baidu, yang fokus pada pengembangan mobil otonom, merupakan pemain kunci dalam ekosistem AI Tiongkok.
Uni Eropa telah mengumumkan rencana investasi sebesar 20 miliar setara US$22 miliar untuk mendukung penelitian dan inovasi AI hingga tahun 2030. Fokus utama adalah pada etika dan regulasi penggunaan AI.
Tantangan bagi Negara Berkembang
Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia, tantangan utama adalah bagaimana menjadi produsen teknologi AI daripada hanya menjadi konsumen. Saat ini, Indonesia masih menghadapi kesenjangan infrastruktur digital dan akses internet yang merata.