Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Tradisi Pilihan

Mengulik Kuliner Favorit, Menggali Sejarah Berharga di Baliknya

26 April 2023   22:16 Diperbarui: 26 April 2023   22:19 1399
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Selat Solo. Sumber food.detik.com

 Sempat agak aneh, karena familiar ke daging sapi dan kambing. Tapi yaa, sebagai pencecap rasa, tetap bikin menantang. Dan aku suka.

Menariknya lagi adalah latar belakang sejarah penggunaan daging kerbau pada olahan Soto Kudus iru.

Nah sejarahnya tuh, Soto Kudus terbentuk seiring dengan masuknya ajaran agama Islam oleh Sunan Kudus ke Kudus.

Sunan Kudus yang bernama asli Ja'far Shodiq adalah salah satu walisongo yang berjasa dalam penebaran ajaran agama Islam di tanah Jawa.

Sebelum Islam masuk, warga Kudus mayoritas adalah pemeluk agama Hindu.   

Ajaran agama Islam mulai diajarkan dan disebarluaskan melalui pendekatan budaya agar mudah diterima oleh masyarakat pada kala itu.   

Nah umat Hindu, menganggap sapi adalah hewan yang suci. Sebagai bentuk toleransi antara pemeluk agama Islam dengan Hindu. Sunan Kudus  melarang memakan dan menyembelih sapi dan menggantinya dengan kerbau.

Tradisi mengkonsumsi daging kerbau berlanjut turun temurun. Ditaatioleh warga hinggakini.Itulah yang melatarbelakangi isian Soto Kudus yang kita temui saat ini.

Sejarah yang menarik bukan? Bahwa sebenarnya budaya toleransi beragama sudah diajarkan sejak dulu kala.

Selat Solo

Sebagai warga yang berasal dari  Wonogiri, dekat dengan Solo, menu Selat Solo tak asing lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Tradisi Selengkapnya
Lihat Tradisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun