Menurut Nelty dulu sebelum ada Dinas Koperasi Usaha Kecil dan Menengah di Tangsel, pihaknya dibina oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Tangsel.
“Promosi produk asli kota Tangsel agar lebih maju. Kami masih butuh dukungan lebih jauh,” katanya.
H Firdaus selaku Kepala Dinas Koperasi dan UKM Kota Tangsel yang hadir dalam acara, menyampaikan bahwa antusiasnya koperasi dan UMKM berdampak positif sekali terhadap perekonomian Tangsel. Tinggal bagaimana bisa bersaing bukan hanya local namun juga di internasional.
Menurut Firdaus, dalam rangka itu, pemerintah Tangsel pada April menyiapkan gedung 10 lantai, yakni Innovation Centre kerjasama dengan Korea Selatan. Ia berharap gedung bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya.
Kendala para pelaku UMKM soal permodalan, direspon baik oleh Bank Danamon. Ternyata Bank Danamon memiliki program-program yang berpihak pada UMKM melalui kerjasama permodalan. Program danamon mendukung UMKM.
Bank umumnya mempunyai 3 fasilitas, yakni simpanan, pinjaman dan transaksi. Nah fasilitas yang sesuai dengan UMKM adalah pinjaman modal. Dijelaskan oleh Mirza Adiyatma, SME Product Management Bank Danamon saat di acara yang sama, bahwa pinjaman dibagi menjadi pinjaman konsumtif dan produktif.
Pinjaman komsumtif misalnya KPR, kredit tanpa agunan/KTA, kartu kredit, kredit kepemilikan mobil. Segmennya lebih ke karyawan tujuannya untuk konsumsi, bukan usaha. Biasanya bunganya tinggi. Misalnya KTA bunganya 1% per bulan. Kartu kredit, bunga bisa 2,5%. Karena lebih ke tujuannya, beli mobil, jalan-jalan, beli rumah.
Pinjaman Produktif, ini buat usaha. Bunga lebih kecil. Dilihat untuk usaha. Perputaran usaha Rp. 10 juta – Rp. 100 juta masuk segmen mikro. Sedangkan Rp. 250 – Milyaran masuk segmen UMKM. Segmen corporate, lebih besar, karena PT cakupan lebih besar.
“Di Bank Danamon fasilitas pinjaman ada 3, yakni KRK, KAB, KB,” jelas Mirza.