Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berbagi Kiat Menulis Bareng Maman Suherman, Isjet dan Yayat

20 November 2016   16:50 Diperbarui: 20 November 2016   17:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yayat saat menjadi narasumber di acara Kompasina Nangkring

(W)Riteadalah menulis untuk kebenaran. Hanya kebenaranlah yang membebaskan dari beban. Kebenaran yang tidak dituliskan, tidak akan berpengaruh baik pada banyak orang.

Maman Suherman saat jadi narasumber di acara Kompasina Nangkring
Maman Suherman saat jadi narasumber di acara Kompasina Nangkring
Sooo dengan mengenal 5 R, menurut Maman menulis bukan kewajiban namun menjadi sebuah kebutuhan hidup. Penulis akan emmaknai bahwa ada keberantaran budaya. Menulis bukan saja untuk dirinya namun juga bagi  bangsa dan budayanya.

“Kalau tidak menulis, maka hilang pikiran ditelan sejarah," ujar pria asal Makasar jebolan Jurusan Kriminologi Fisip, Universitas Indonesia ini.

Maman menempatkan bahwa menulis adalah tugas kenabian. Menulis adalah berpihak pada kebenaran, berpihak pada hati nurani.  Membawa kabar, berita. Menulis itu membaca 10 kali. Baginya kita bisa menulis kalau rajin membaca. Upload setelah baca berulang kali di K. Apakah tulisan kita sudah sesuai hati nurani, apakah tidak membuat Indonesia menjadi rusak?

Menulis itu Sexi

Satu pertanyaan, apakah menulis itu masih sexi?

Kalimat apik disitir oleh Maman dari Pramoedya Ananta Toer, satu pengarang tenar yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia, “Kalau mau mengenal dunia,  membacalah. Kalau mau dikenal dunia, menulislah.”

Prinsipnya menurut Maman, jika kita tak menulis kita akan ditelan sejarah. Hilang semua pemikiran-pemikiran dan pndangan-pandangan kita.

“Kata kuncinya adalah coba abadikan apa yang kamu rasakan. Kegalauan kamu, apa yang kamu  liat, dengan menulis,” tutur pria yang mengawali menulis dengan tulisan puisi untuk wanita berkulit putih yang ditaksirnya semasa kecil, Raudhatul Jannah.

Menulis sexi karena kita bisa mengaktualisasikan diri dengan lingkungan. Kata kunci menulis itu kejujuran. Jangan campur aduk antara katanya dan nyatanya. Antara opini dan fakta.

“Seperti di Kompasiana, sudah dikasih kode, mana tulisan opini, puisi, liputan dan lain-lain,” ujar Maman mencontohkan.  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun