Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Berbagi Kiat Menulis Bareng Maman Suherman, Isjet dan Yayat

20 November 2016   16:50 Diperbarui: 20 November 2016   17:03 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Interaktif acara Kompasina Nangkring

“Penulis diurusi betul agar tulisannya dikenal banyak orang,” kata Isjet yang dikenal gencar campaign hesteknya #AyoNulis ini.

Dalam hal ini, Kompasiana memang membuka wadah tanpa batas. Isjet menyebut data bahwa saat ini Kompasiana  dibaca 30 juta orang per bulan, dan ada 800 an artikel masuk per harinya.

Beda dengan Wartawan dari media mainstream, bahwa wartawan menulis untuk publik. Dipastikan tulisannya mengandung kepentingan publik. Tapi kalau warga menulis untuk  kepentingan dia, sebagai warga. Dibaca sekian orang. Jika dibaca 2000 orang, maka dia mewakili 2000 orang itu. Semakin konsisten tema, dia akan mewakili sekian banyak orang.

Menulis Itu 5 R

Dalam menulis, lama dikenal orang tentang rumus 5 W 1 H. What? Who? Where? When?     Why? How?  Enam model pertanyaan yang digunakan dalam menulis, seperti reportase.  Ternyata bagi Maman Suherman yang selama 18 tahun, banyak makan asam garam dunia menulis, rumus itu tak cukup.  

“Kunci nulis bukan 5w 1h lagi, itu udah lewat. Menulis yang baik ada kata kunci 5 R,” kata pria berkacamata yang pengalaman menulis sejak 1986 saat diangkat menjadi wartawan di Nova sekaligus awal pendirian Nova.

5 R yang dimaksud maman adalah Read, Riset, Realiable, Reflecting dan (W)Rite. Read, baca. Menulis harus banyak baca. Banyak menulis akan membawa banyak referensi. Jika tak banyak membaca kedalaman menulisnya rendah.

Riset. Riset ini penting. Dan celakanya orang-orang Indonesia lemah di Riset dan Ride. Tak heran negeri ini menduduki urutan 60 dari 61 negara literasi dunia. Tingkat baca minim hanya  0,001. Artinya hanya 1 orang dari 1000 yang memiliki minat baca. Kondisi ini tentu kurang bagus. Maman mencontohkan, seperti Kompas bisa bagus karena didukung oleh pusat dokumentasi yang  sangat kuat.

Realible. Menulis itu, apa yang ditulis harus benar. Dari berbagai sisi tak boleh salah. Sebagai contoh, Kompas menghindari betul kesalahan dalam menulis seperti nama orang. Jangan sampai salah ejaan ataupun huruf. Yakin harus benar. Kesalahan bisa berakibat fatal, apalagi jika tentang informasi.

Reflecting. Tulisan harus mempunyai sudut pandang yang komprehensif. Harus memiliki kekayaan sudut pandang.

“Jangan marah, karena beda sudut pandang. Reflecting adalah menghargai perbedaan,” kata Maman yang telah banyak menerbitkan buku ini, seperti Matahati (2012), Bokis 1: Kisah Gelap Dunia Seleb (2012), dan Bokis 2: Potret Para Pesohor (2013), Re (2014).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun