Contohnya?
Sebagai gambaran penerapan QCC di Toyota, dicontohkan oleh Abdul Mukti Suryo Hutomo selaku General Manager Press Production Sunter 2 Division, yang tentu bersinggungan langsung dengan bagian perusahaan. Di area administrasi Toyota Astra Motor, misalnya bagian HRD (Human Resource Development), kebetulan di grup itu para wanita yang urusan sehari-hari adalah administrasi, AC rusak, karyawan telat dan lain-lain. Semangat QCC, mengangkat persoalan pemakaian air di toilet wanita yang sangat tinggi. Analisisnya bermasalah behaviour-nya. Ternyata wanita kebiasaan mem-flush dua kali. Solusinya memberi himbauan, mempermanis memberi warna di tempat flusing. Ide sederhana dari masalah sederhana.
“Hasilnya bisa menghemat 12 juta/bulan. Untuk kantor yang kecil lumayan,” kisah Abdul Mukti.
Bukan hanya bisa diterapkan di perusahaan, QCC juga diterapkan di SMK. Seperti disampaikan sang Penulis, soal kehilangan pulpen itu masalah. Dengan QCC mereka menetapkan standar prosedur, semua pulpen ditaruh di sebuah tempat. Tingkat pulpen hilang turun drastis.
“Yang diperlukan adalah konsistensi, jangan sampai dilepas, terus dilakukan dan menjadi habit/ kebiasaan hingga menjadi culture,” jelas Warih.
Bagi Toyota sendiri, menurut Joice dengan SDM lulusan SMK, ribuan, berapa banyak effort untuk itu? Dengan QCC maka menghemat waktu, biaya saat diterapkan pada setiap level.
Bahkan dari penerapan QCC itu, Toyota ‘menghilangkan’ gudang karena dianggap pemborosan. Barang inden dulu, berapa lama dipersiapkan, berapa lama pengiriman. Hal itu berakibat tak banyak barang dibuang. Jeli membaca market di masa datang.
Hal yang terpentinga dalah salah satu mindset QCC adalah memperbaiki lingkungan kerja masing-masing. Kalau lingkungan rapi, motivasi akan tinggi. QCC melibatkan semua orang. Pimpinan harus terlibat sekaligus memotivasi agar QCC bisa dijalakan tingkat level di bawahnya. Pimpinan turun langsung, datang melihat sendiri. Atau dalam istilah di buku, bahasa Jepang Genchi Genbutsu alias blusukan. Tak dilupakan adalah adanya apresiasi bagi member, sebagai salah satu cara untuk memotivasi agar semakin menjadi budaya dalam kerja.
“Perjuangan 25 tahun itu luar biasa, mengapa tak disebarkan?” kata Joice retoris.
Dan buku itu sudah resmi diluncurkan. Bisa dikonsumsi oleh masyarakat luas. Buku yang bermanfaat bukan hanya untuk perusahaan seperti Toyota Indonesia, namun bisa diterapkan pada pribadi bahkan dalam berbangsa bernegara. Mengamini apa yang dikatakan sang Penulis buku, dua kata untuk buku itu adalah “Berani Berubah” demi perubahan yang lebih baik. #Salam Kaizen