Mohon tunggu...
Rachmat PY
Rachmat PY Mohon Tunggu... Penulis - Traveler l Madyanger l Fiksianer - #TravelerMadyanger

BEST IN FICTION 2014 Kompasiana Akun Lain: https://kompasiana.com/rahab [FIKSI] https://kompasiana.com/bozzmadyang [KULINER] -l Email: rpudiyanto2@gmail.com l IG @rachmatpy @rahabganendra

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Kebhinekaan Itu Kekuatan Bukan Ancaman

16 Agustus 2016   21:12 Diperbarui: 16 Agustus 2016   21:26 677
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rocky Gerung, Dosen Filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. (Foto ganendra)
Rocky Gerung, Dosen Filsafat di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia. (Foto ganendra)
Tentang identitas budaya dalam kebhinekaan, Robi Navicula,seorang aktivis dan juga musisi memandang identitas budaya penting sebagai hal yang harus dipertahankan. Justru dalam kebhinnekaan itulah Indonesia eksis. Ada  kemerdekaan berekspresi yang harus dilindungi. Bertanggungjawab dan sadar bahwa Indonesia itu identitas.

“Kekuatan terbentuk dari kebhinekaan,” ujarnya di acara yang sama.

Keprihatinan terhadap fenomena menyangkut persoalan intoleransi yang mucul dari keberagaman ini, salah satu yang memotivasi Robi bersama 23 LSM dan forum pemuda mengikat sebuah janji menjaga kebebasan dan keberagaman di Indonesia. Rudolf Dethu pendiri Forum MBB (Muda, berbuat, Bertanggungjawab) menggagas Deklarasi Aliansi Kebhinekaan pada 11 Agustus 2016 lalu.

Deklarasi ini adalah bentuk dari pandangan sebagai warganegara yang dituangkan dalam komitmen bersama. Disamping sebagai upaya untuk terbiasa vocal, berani menyampaikan pendapat berekspresi, juga sebagai bentuk konsolidasi diri membangun koordinasi dari orang-orang yang berpandangan sama. Terkait hak sipil bahwa kita boleh memilih yang dimau namun penting bertanggjawab. Kebebasan menggunakan hak untuk menentukan pilihan.

Deklarasi Aliansi Kebhinekaan pada 11 Agustus 2016. (Foto Ganendra)
Deklarasi Aliansi Kebhinekaan pada 11 Agustus 2016. (Foto Ganendra)
Salah satu agenda dari MBB adalah tentang RUU Mikol (minuman keras) yang digodok DPR. RUU yang membuka akses larangan terhadap minuman keras, yang dipandang tidak tepat mengidentifikasi sumber masalah. Upaya dilakukan untuk audiensi ke DPR untuk ‘protes’. Dasarnya jelas sebagai konsen hak sipil yang tak boleh diganggu gugat negara.  Bagiku selayaknya sebuah kebijakan public harus bisa mengakomodir setiap aspirasi warganegara yang beragam pandangan dan tentu tak ada diskriminasi.

Tentu saja ‘protes’ bukanlah sebagai bentuk anjuran orang untuk minum minol. Jelas penyalahgunaan tidaklah dibenarkan. Namanya muda, berbuat, bertanggungjawab.

“Ada kata bertanggungjawab sebagai  pilihan kita,” jelas Rudolf.

Sooo, ragam pandangan kebhinekaan, mungkin pro dan kontra. Tentu hal biasa. Namun yang harus dicermati adalah keberagaman pandangan, baik dari individu atau pun kelompok di negeri ini memiliki hak yang sama. Kebhinekaan yang tak abai terhadap kebebasan. Kebebasan dalam koridor toleransi. Dan negara hadir untuk mengakomodasi. Karena kebhinekaan semestinya bukan ancaman. Ancaman itu adalah dari masyarakat sendiri. Dan saat angka numeric di masyarakat, minoritas atau pun mayoritas memiliki otoritas menentukan mana yang benar, mana yang baik, maka ini akan menjadi ancaman yang serius sekali. Ancaman bagi negara yang dibangun atas pondasi kebhinekaan.

Selamat HUTRI ke 71…. Merdeka!

#PilihanGue
@rahabganendra

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun