Saya pribadi merasakan insight dari kedua sosok. Pemahaman, sikap, perilaku yang bernilai untuk merawat nilai positif dalam diri.
Setidaknya ada 6 hal cermin teladan yang saya petik, berkaca dari sosok paling popular sepanjang masa Kompasiana, Pak Tjip dan Bu Rose.
Keramahan Bersahabat
"Cakwe? Wah sudah kangen ah hehehe
Selamat pagi ananda Rachmat Pudiyanto. Senang kita dapat bertemu lagl di pagi indah ini. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan bersama keluarga tercinta. Terima kasih untuk informasi yang berharga tentang Cakwe
Salam hangat untuk sekeluarga."
Sapaan pagi Pak Tjip dalam komentar artikel pada Sabtu 5 Okrober 2024 itu, satu di antara komentar yang ada dalam artikel yang saya tulis. Khususnya 4 bulan belakangan  ini, seiring rajinnya saya mengunggah artikel di Kompasiana.
Senada semangatnya dengan komentar dari Bu Rose.
"Selamat pagi ananda Rachmat Pudiyanto. Senang sekali dapat bertemu lagi di pagi ini. Terima kasih sudah berbagi tulisan sarat dengan informasi yang berharga. Salam hangat untuk sekeluarga. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan bersama keluarga tercinta".Â
Beliau berdua biasa aktif saat waktu Subuh. Seperti saya, yang seringnya mengunggah artikel saat pagi hari. Melalui interaksi komentar di artikel, kesan bagi saya adalah semangat "membuka hari" beliau awali dengan menyapa. Bentuk merawat persahabatan "mutualan" sejak perkenalan ditakdirkan. Hal ini bagi saya bukan hal sepele.
Ini seperti sebuah bentuk menghargai, mensyukuri sebuah takdir pertemuan, dimana perkenalan saya dengan beliau (10 tahun silam) Â bukanlah sesuatu yang kebetulan.
Saya meyakini, tidak ada hal kebetulan di dunia fana ini. Semua peristiwa di bawah kendali/ pengaturan Sang Maha Pengatur.
Oleh karenanya saya menyambut baik keramahannya melalui jalur interaksi artikel Kompasiana itu. Keramahan yang beliau lakukan kepada banyak  kompasianer khususnya yang aktif menulis di kompasiana.Â