Maeda berperan dalam proses terwujudnya perumusan naskah proklamasi. Rasa simpatiknya kepada perjuangan Indonesia, mendorongnya untuk mempersilakan Soekarno dan tokoh-tokoh lain menggunakan lantai 1 rumahnya.
Soekarno yang datang pada 16 Agustus 1945 malam hari, memang membutuhkan tempat untuk merumuskan naskah teks proklamasi.
Lantai 1 digunakan Soekarno dan kawan-kawan, sementara Maeda beserta keluarganya, sementara "menyingkir" ke lantai 2. Lantai yang memiliki banyak ruangan pribadi. Kalau gak salah ada 5 ruangan besar.
Ruangan kamar tidur, termasuk untuk tamu. Beberapa kamar dilengkapi kamar mandi dalam, berfasilitas lumayan mewah untuk masa itu. Ada juga teras luar. Ruangan atas laksana villa besar.
Berkeliling di dalam museum lantai 1 terdiri dari beberapa ruangan. Ada meja makan yang menjadi saksi bisu, "debatnya" Soekarno, Moh. Hatta dan Ahmad Subarjo saat merumuskan teks proklamasi.
Now, meja makan itu dijadikan diorama yang dilengkapi replica ketiga tokoh, Soekarno, Moh Hatta, dan Ahmad Subarjo.
Diorama mengilustrasikan saat mereka berdiskusi merumuskan naskah proklamasi. Diskusi mulai sekitar jam 03.00 wib, pada 17 Agustus 1945.
Mengejar waktu, untuk dibacakan Soekarno pada 17 Agustus 1945 di Jalan Pegangsaan Timur Nomor 56, Jakarta.
Melongok ke ruang sebelahnya ada ruangan, replika Sayuti Melik sedang mengetik naskah teks tulisan tangan sambil merevisi beberapa kalimat. Setelahnya atas usulan Sukarni, naskah ketikan ditandatangani oleh Soekarno dan Moh. Hatta "mewakili" atas nama bangsa Indonesia.
Naskah ditandatangani di atas piano. Piano itu masih ada. Ada di depan ruangan Sayutu Melik, dekat tangga ke lantai 2.