Mohon tunggu...
Rachmat Pudiyanto
Rachmat Pudiyanto Mohon Tunggu... Penulis - Culture Enthusiasts || Traveler || Madyanger || Fiksianer

BEST IN FICTION Kompasiana 201 AWARD || Culture Enthusiasts || Instagram @rachmatpy #TravelerMadyanger || email: rachmatpy@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

5 Tips Redam Trik & Rayuan Si Bos Terkait Pekerjaan

6 Juli 2024   22:50 Diperbarui: 7 Juli 2024   09:45 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Karyawan. Sumber: https://money.kompas.com/

 

Si bos/ atasan seringkali, menghadapkan kita sebagai pekerja/ bawahan, pada situasi tricky.

Situasi dimana tanggungjawab pekerjaan bertambah, jam kerja molor, sampai hari libur berkurang. Lain soal kalau ada kompensasi, seperti lembur. Kalau tidak? Sementara kita segan menolak/membantah. "Ya kaleee mbantah si bos. Ga enaklah (padahal takut hehehe) ."

Ampoon Bos!

Ini pengalamnku soal kerjaan. Dulu, medio tahun 2005, aku pernah dalam posisi dimana, diberi kerjaan yang sebenarnya kurang berkenan di hati. 

Bukan hanya ditambahi pekerjaan, tapi lebih berat daripada itu. Dipindah kerja (dari Jakarta ke Batam).  Bukan karena performa kerja yang buruk malah sebaliknya. 

Dinilai kerja bagus, maka diberi tanggungjawab baru yang lebih besar. Intinya dipercaya getu hehehe. Makanya si Bos memintaku mengurus kantor barudi Batam yang baru beroperasi.

Masalahnya aku gak menginginkan tanggungjawab pekerjaan itu. Sebagai pekerja yang baru 2 tahun bekerja, awalnya agak gak enak juga menolaknya.

Alasan utamaku keberatan dengan permintaan itu adalah  aku 2 tahun hidup/domisili di Jakarta, dan sudah nyaman dengan suasana kerja, rekan kerja, koneksi dan saudara-saudaraku kerja area Jabodetabek yang notabene dekat. Pokoknya sedang suka-sukanyalah menikmati hidup di kota metropolitan ibukota (dulu, sebelum ada IKN) Jakarta.

Pendek kata, aku memutuskan menolak permintaan itu. Dengan pertimbangan-pertimbangan di atas plus, aku "malas" masuk lingkungan baru di Batam. Jauh dan belum pernah ke sana. 

Bayanganku Batam kurang menarik. Lagi pula gak ada teman sama sekali yang kukenal.

Namun si Bos, tak menyerah. Setiap ada kesempatan berbincang, selalu permintaan itu disampaikan kepadaku. Aku bergeming. Tetap pada keputusanku. 

Si bos pun akhirnya tak pernah membicarakan soal permintaannya itu. Aku bekerja seperti biasa. Normal.

Selang beberapa bulan lewat, suatu hari ada telpon dari si Bos. Isinya memintaku mengantar 2 unit komputer ke kantor baru di Batam. Hanya antar saja, baleknya nantinya akan dijemput si Bos ke Batam, kalau dia sudah balek dari Amrik. Aku okein. Akhirnya berangkatlah aku bawa komputer itu. Setelahnya hari, minggu, lewat si Bos belum datang. Hingga bulan kedua baru si Bos nongol.

Sambil senyum-senyum dia nanya kabarku. Sudah betah atau belum. Dia bilang sepertinya aku cocok di Batam.

Aku baru nyadar, ternyata, soal antar komputer itu hanya trik dari si Bos, agar aku mau mengurus kantor baru. Alamaaakkk! Aku terjebak. Ampoon Bos!

5 Jurus Redam Trik Rayuan Maut Si Bos

Nah dari pengalaman itu, aku belajar tentang menghadapi atasan. Penting untuk mengenal lebih dekat watak dan karakternya. Gunanya untuk mendeteksi trik atau jebakan maut yang dipasang si Bos hahaaha.

Berikut ini aku sharing-kan jurus menolak keinginan si Bos, terkait pekerjaan. Berdasar pengalaman saja, jadi bisa cocok, bisa juga gak sesuai untuk Anda. Modifikasi ajalah yaaa hehe.

Ungkapkan alasan menolak dengan argumentasi jujur dan rasional

Karena Bos-Q orang yang terbuka, dan komunikatif, maka aku terbiasa berbincang dengan lepas. Maka aku ungkapkansaja alasan menolak permintaannya secara jujur dan logis. 

Ingat, gak ada orang yang suka dibohongi, apalagi atasan kita. Keqi kan kalau dibohongi anak buah.

Jujur, agar selanjutnya tidak terperangkap dalam kebohongan yang terus menerus. Masak iya, selama kerja harus menyembunyikan alasan yang sebenarnya. Jika minta syarat gaji dinaikkan, ya bilang saja. Logis.

Soal kepuusan si Bos menerima atau tidak alasan kita, itu hal lain. Namun kejujuran adalah cara pertama yang terbaik. Pastinya enak buat kita dan si Bos.

Tegas, jangan terkesan ragu

Ungkapkan saja alasan kita. Tentu saja alasan yang baik dan tidak ada niat jahat dalam penolakan itu.

Jangan ragu-ragu mengungkapkan alasan yang sebenarnya. Bahkan termasuk satu alasan yang mungkin menurut kita itu sepele. Kita tidak tahu, bisa jadi kemungkinan alasan yang bikin kita ragu itu justru akan diterima si Bos.

Jangan takut resiko

Setiap Keputusan pasti mengandung resiko. Menolak permintaan si Bos, juga berpotensi kita kehilangan kepercayaan yang telah kita tanam selama bekerja. Bahkan termasuk resiko kehilangan pekerjaan.

Namun aku meyakini, jika si Bos memiliki karakter Bos yang baik, maka dia pasti "fair" dalam mengambil keputusan.

Jadi jangan takut menghadapi resiko. Lagi pula, misalnya Bos gak mau tahu dengan alasan kita menolak permintaannya, itu menandakan dia bukanlah Bos yang patut kita ikuti dalam bekerja. Sayang kan waktu yang habis untuk bekerja meniti karir, dengan Bos yang gak "fair".

Tunjukan "value" diri kita

Nah ini penting. Saat diri kita mampu memposisikan menjadi "komponen" yang penting dalam lingkungan kerja, maka kita memiliki "value".

Dengan "value" ini kita akan disegani, termasuk si Bos. Dia pun tak akan sembarangan menolak alasan kita. Si bos pasti akan berhitung karena iri kit aitu "orang penting".

Berani kasih penawaran balik

Kalau kita memiliki "value" an ianggap komponen penting alam Perusahaan maka kitab bisa memberikan alasan penolakan dengan elegan. Secara halus.

Berikan alasan engan tawaran balik ke si Bos. Syarat-syarat yangagak "berat" getulah. Misalnya minta kenaikan gaji yang signifikan, yang sekiranya si Bos gak akan memenuhinya. Bukan memeras lho ya. Jangan sampai terkesan demikian, nanti malah "back fire". Kita terkesan buruk.

Saat penyampain tentu dilakukan dengan humanis yang tenggang rasa tanpa menghilangkan rasa hormat pada si Bos.  

Ambil Hikmahnya Jangan Anggap Musibah

Gak mudah memang saat mengutarakan argumentasi penolakan kita. Namun dalam dunia kerja, basic yang perlu digarisbawahi adalah tentang profesionalisme. Bekerja adalah bisnis, tanpa mengabaikan unsur-unsur kemanusiaan, hubungan sosial dan sisi humanistik lainnya.

Jika sekiranya beraga alasan kita tetap tidak "masuk akal" menurut si Bos, selanjutnya ya Kembali kepada iri kita, terima atau nggak.

Namun yakinlah bahwa selalu ada hikmah dan manfaat saat kita mengerjakan hal-hal yang awalnya kurang kita sukai. Positive thingking saja.

Salam.

@rachmatpy

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun